Sabtu, 17 Desember 2011

When Love Hiding Chapter 2, a naruto fanfic - FanFiction.Net

When Love Hiding Chapter 2, a naruto fanfic - FanFiction.Net

"Apa maksudnya ini? Kenapa harus pesta dansa, lagipula harus diadakan sekarang? Konyol sekali…"

"Sasuke, bukankah auditorium bisa di pakai untuk pesta ini? Sesuai dengan mitos kan?"

"Eh—mitos, kenapa tidak terpikirkan olehku? Baiklah aku setuju. Shika, panggil si Hyuuga ke sini!"

"Hei, aku bukan budakmu! Suruh saja Naruto, dia bebas tugas sekarang…"

"Dobe, hubungi dia. Suruh dia kemari, aku ada perlu dia sekarang…"


Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T (Bisa berubah sesuai dengan keadaan)

Genre : Romance/Friendship/Drama

Warning : AU, banyak Typo, OOC banget

Pairing : SasukexSakura,NarutoxHinata, ShikamaruxIno, And Other.

Summary : Ada tujuh mitos di Ryousen Gotten School yang membuat siswa penasaran akan kebenarannya. Mitos itu disebut-sebut bisa membuat cinta diantara pasangan akan abadi. Juga terdapat rahasia lainnya yang belum dipecahkan dan masih misterius.

Penasaran !


~*~*~*~*~*~*~*Gracia De Mouis Lucheta*~*~*~*~*~*~*

-Chapter 2-


In Headmaster Room, 13 Desember 2011 at 14.33 p.m

.

.

Pemuda berambut cokelat panjang menyilangkan kedua tangannya sambil menatap Onyx nya bungsu Uchiha. Tak habis pikir, dia sebagai ketua osis harus menuruti perintah teman sekelasnya bahkan seumuran. Memang sekarang dia—Sasuke di sini sebagai kepala sekolah. Ya bagaimana pun harus menuruti apapun darinya.

"Apa urusanmu memanggilku? Apakah terjadi sesuatu atau—"

"Bisakah kau diam dan dengarkan aku, Neji. Aku di sini kepala sekolah, jangan segan-segan memotong pembicaraanku." Desis Sasuke menatap tajam mata lavender milik Neji.

"Ok..Ok, sekarang apa yang bisa ku bantu. Sasuke?" Sedikit menekan kata "Sasuke", Neji memutar bola matanya.

"Diskusikan bersama anggota osis mengenai pesta dansa topeng, ini acara tahunan di sekolah. Jadi jika keputusan itu sudah ada, segera temui aku…"

"Sebagai kepala sekolah di sini, tanggal berapa yang pantas untuk acara ini?" Tanya Neji dengan nada dingin, menarik kertas yang di sodorkan oleh Sasuke ke tangannya.

Menghela napas agak panjang, Sasuke pun menjawab "Tanggal 17, kalau begitu segeralah keluar dari ruanganku sebelum –"

Krieett…

"Sasuke-kun, aku butuh bantuanmu." Ucap gadis berambut Sugarplum memasuki ruangan kepala sekolah.

Ucapan dari bungsu Uchiha terpotong dengan tidak elitnya karena seorang gadis memasuki ruangan pribadinya yang hanya diketahui beberapa orang saja. Neji yang berdiri di sana menatap sekilas raut muka Sakura tengah terengah-engah tampak dari napas yang berdenyut di dadanya. Tampaknya ada yang butuh bantuan.

"Apa yang mau kau lakukan di sini, Jidat lebar? Bisa-bisanya kau masuk seenaknya tanpa izin…" Geram Sasuke.

"Memang tidak boleh ya atau kau menyembunyikan sesuatu?" Cibir Sakura.

Urat-urat kekesalan Sasuke berkedut, dia pun langsung bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Neji yang mematung berdiri tegak di sana dan menghampirinya. "Bantuan apa? Jangan-jangan mitos itu lagi—"

"Eh, maaf. Sasuke, kau menghalangi jalanku…" Ucap Neji terdengar agak mengusik pembicaraan diantara mereka.

"Hn…", Neji pun berlalu meninggalkan ruangan tersebut meninggalkan kedua insan di sana.

Sasuke pun mengalihkan pandangannya semula tepat di depan gadis yang telah menganggu pekerjaannya. Kalau bukan siapa lagi, itu adalah Sakura.

"Bukan mitos, Sasuke-kun. Tapi aku butuh bantuan cara mengartikan teks ini! Ini bahasa prancis, kau tahu kan kalau aku tidak suka dengan bahasa ini…" Ucap Sakura menggembungkan pipinya.

"Memang jidat lebar—ayo, ke perpustakaan. Aku akan bantu.." Dengus Sasuke langsung menggiring Sakura keluar dari ruangannya dengan menarik tangannya. Gambaran wajah Sasuke masih memerah bukan malu tapi kekesalan yang beruntun. Pertama—Shikamaru, Kedua—Neji, dan sekarang bertambah satu lagi yaitu Sakura. Poor Sasuke !

"Terima kasih Sasuke kun…", Sasuke melihat wajah imut Sakura dengan senyuman yang manis. otak Sasuke terasa panas merespon apa yang secara tidak sengaja dia lihat. "NOO, Whats the Hell, jangan terpesona oleh Jidat Lebar…" , dengan menggeleng-ggeleng kepalanya.

"Sasuke-kun, kenapa bengong?" Ucap polos Sakura.

Tanpa menjawab ocehan dari mulutnya, "Hn…", Sasuke mengeluarkan kata andalannya. Dia menarik paksa tangan Sakura ke perpustakaan yang tak jauh dari ruangannya. Beruntung tidak ada yang melihat kekonyolannya, Yang ditarik malahan memerah wajahnya.


In Library, at 14.46 p.m

.

.

"Dasar jidat lebar, bukan itu kamusnya." Ucap Sasuke menyerahkan kamus tepat di kepala Sakura.

"Aicch, Sasuke-kun. Kalau mau bantu harus ikhlas dong?" Dengus Sakura langsung menarik kamus dari tangan Sasuke dan langsung membuka kamus tebal itu.

Sasuke hanya menatap urat kekesalan Sakura muncul di dahi lebarnya, dia tersenyum tipis. Dan beruntungnya, Sakura tidak melihatnya. Bisa-bisa reputasinya sebagai pangeran cool di sekolahnya bisa turun.

"Ck, selesai. Makasih ya, Sasuke kun." , Sakura langsung menghambur pelukannya ke pemuda di sampingnya.

Masih belum merespon apa yang dilakukan oleh Sakura, tumben loading pemuda jenius Uchiha agak lambat. Sedetik kemudian, secara refleks melepas kedua tangan Sakura dari tubuhnya.

"Jidat lebar, sekali lagi jangan menyentuhku. Ini tempat umum, bodoh!" Bentak Sasuke.

"Umm, maaf Sasuke-kun.", Sakura menundukkan kepalanya menyembunyikan rasa malu karena memeluk Sasuke. Itupun tidak ada perintah dari otaknya, hanya gerakan refleks tentunya.

Tapi bagi, Sasuke. Selain keluarganya, sahabatnya bahkan. Tidak berani memeluknya, akan tetapi sekarang—ingat sekarang. Seorang gadis berambut Sugarplum memecahkan rekor.

Keheningan melanda kedua gender berbeda ini, kemudian sang pemuda jenius itu memasukan tangannya ke saku celananya dan mendekati Sakura,"Ingat tanggal 17 Desember, di adakan pesta dansa topeng yang di selenggarakan di auditorium." Ucap pelan Sasuke berhembus kencang di telinga Sakura.

Timbul semburat merah dipipi Sakura, dia pun merespon apa yang di katakan Sasuke sedetik yang lalu. "Sesuai dengan mitos—eh, sekali lagi makasih atas bantuannya." Sakura segera memotong ucapannya dan berlari ke luar ruangan itu.

"Sial, kenapa aku langsung memberi tahunya!", Sasuke menepuk dahinya kesal akan ucapannya tadi.

.

.

.


In Osis room, at 14 56 p.m

.

.

Semuanya tak berkutik atas apa yang di sampaikan oleh Neji sekaligus ketua Osis, mereka yang mendengar langsung mengangguk jelas tanpa tersirat sedikitpun keraguan atas keputusannya.

" Tiga hari lagi kita gladi resik auditorium, oh ya. Suigetsu—"

"Hm, apa?" Sahut Suigetsu.

"Kau bersama Karin, buat pengumuman tentang acara ini di madding sekolah. Dan kau, Shino. Besok segeralah atur ruangan itu, dua hari lagi saya akan mengecek sekaligus wakil dari titah Kepala sekolah. Perintah Neji.

"Kenapa tidak langsung dari kepala sekolah, Neji?" Tanya Lee.

"Dia sibuk, mungkin dia akan mengawasi dan melihat tanpa pemberitahuan. Baiklah, sekarang bubar.."

Semuanya pun bubar, kecuali Hinata yang masih duduk mengetik anggaran dari acara yang di adakan oleh sekolahnya. "Neji-nii, sampai kapan kita harus menyembunyikan status mereka?"Tanyanya.

"Entahlah, ini kesepakatan diantara keluarga kita dengan keluarga mereka. Yang jelas jabatan yang mereka emban itu adalah keputusan dari Madara Uchiha, kepala sekolah sebelumnya. Tapi banyak yang tidak menyetujui keputusan itu, mungkin suatu saat ada yang akan mencelakai mereka. Aku harap hal itu tidak terjadi." Ucap Neji dengan panjang lebarnya.

"Aku harap juga iya, Neji-nii…"

"Hinata, kau sudah mengirim undangan ke Suna Douten School." Tanya Neji agak pelan seolah tidak mengurangi konsentrasi pekerjaan dari adik sepupunya.

Hinata langsung menyahut pertanyaan dari kakak sepupunya dengan menghentikan sejenak pekerjaannya, "Untuk Sabaku No Gaara, bukan? Kalau dia, saya sudah mengirimnya dua puluh menit yang lalu. Undangan lain sudah kusebarkan. Kakak tenang saja, semua itu beres kok." Senyuman gadis bermata lavender mengulas dari bibirnya.

"Ini sudah sore, Hinata. Ayo pulang…" Ajak Neji.

Hinata menggelengkan kepalanya, "Aku akan di antar oleh Naruto-kun, sebaiknya kakak pulang duluan saja. Kasihan Tenten sudah menunggu."

"Beritahu kakak, kalau si pemuda jabrik itu mencelakaimu. Hinata…" alih-alih Neji khawatir akan hubungan adik sepupunya dengan Naruto.

"Baiklah…" Jawab Hinata, "Jangan sampai Neji-nii menonjok Naruto-kun, aku harap itu tidak terjadi." Bisiknya dalam hati.

.

.

.


.

.

.

Satu..dua…empat gelas air mineral dingin lenyap dari tempatnya, rasa haus membuat pemuda itu dengan sangat terpaksa menghabiskan porsi air mineral yang tersedia di mejanya. Rambut jabriknya sengaja di arahkan ke AC hingga kesejukan mendinginkan pikirannya. Wajahnya langsung ia baringkan di meja kerjanya dan mata lama-kelamaan menutup.

"—DOBE, BISAKAH KAU FOKUS DENGAN PEKERJAANMU!" Teriak tidak khas Uchiha bungsu bahkan sangat OOC.

"Aku lelah, Sasuke. Bisakah kita lanjutkan besok? Otakku tak mampu lagi berpikir. Ayolah, ini sudah melebihi jam kerja. Aku ingin istirahat.." Ucap Naruto memandang remang-remang jam yang terpekur di dinding ruangan itu. Kemudian—

Dia membelakakan kaget, janji akan mengantar Hinata. Hampir lupa, dengan beruntungnya kali ini pahlawannya adalah Sasuke.

Naruto langsung membereskan dengan cepat dokumennya, memasukkan beberapa dokumen ke dalam tasnya kemudian memakai jas sekolahnya. "Gomen, aku duluan—Oh,ya. Makasih Sasuke, aku hampir lupa dengan janjiku dengan Hinata. Bye." Dia pun berlalu meninggalkan kedua sahabatnya yang terbengong-bengong.

"Merepotkan…, Kita juga harus bergegas, ini memang sudah melebihi jam kerja. Otakmu juga harus diberi energi dan istirahat, Sasuke. Maka beberapa dokumen ini, kita bawa pulang saja, dan diskusikan besok kalau mungkin itu perlu." Shikamaru juga melakukan hal yang sama dengan Naruto, tetapi jasnya sengaja tidak dipakai dan dibaringkan ke pundaknya. "—Bukan kau saja yang kerja di sini, aku sebagai wakil dari-mu juga dan jangan terlalu memaksakan dirimu, kita hanya manusia biasa. Ayo—aku tunggu di luar." Lanjutnya.

Betul juga ucapan Shikamaru, dia hanya manusia biasa yang membutuhkan istirahat cukup serta asupan gizi untuk mengisi otaknya. Dia pun hanya mengambil dua dokumen…telepon genggamnya dan jasnya, kemudian dia menyusul sahabatnya yang telah menunggu lima menit yang lalu.

"—Hei, Sasuke. Janji kita dengan kedua gadis itu batal akhirnya…" Shikamaru menghela napas dengan mencoba mengingat kejadian beberapa jam yang lalu membuyarkan semuanya untuk menepati janji yang dibuat oleh mereka.

-Karena Kabuto Yakushi datang menginterupsi mereka, dan menunda—eh, bukan bahkan membatalkan perjanjian konyol yang dibuat bersama gadis berambut pirang –Ino- dan berambut Sugarplum –Sakura-. Hanya gara-gara perintah dari titah ayahnya Naruto Uzumaki untuk mengadakan pesta dansa topeng setiap tahunnya, mereka harus membolak-balikan rencana pertemuan mereka dengan kedua gadis itu dengan pacarnya Naruto tentunya harus batal. Well, tidak buruk juga…

"Hn, aku tahu. Dengan beruntungnya,Shika. Aku tadi harus meladeni urusan Sakura, bahkan tidak penting. Bukannya itu menguras energi-ku…" Dengus Sasuke.

Shikamaru agak kaget dengan ucapan sahabatnya kali ini, tanpa tak berfikir sekalipun. Dia tahu Sasuke tidak akan meladeni apapun yang tidak ada manfaat tentu bagi dirinya. Tapi untuk gadis itu berbeda, ya—berbeda. Karena secara tidak langsung Sakura mengancam dengan akan membeberkan status Sasuke kepada semua orang kalau dia tidak menuruti apa yang dibutuhkan. Dan lebih kaget lagi, sahabatnya ini setuju. Benar-benar roda kehidupan telah bermain-main dengan mereka.

.

.

.


In Sunakagure, 14 Desember 2011 at 10.11 a.m

.

.

Cuaca terik menyinari kota Sunakagure, banyak orang menghabiskan waktu mereka dengan beristirahat ria tanpa melakukan hal yang bermanfaat untuk memajukan perekonomian kota itu. Tak hal menampik juga dengan pemuda berambut merah dengan tato Ai di dahinya mengerutkan alisnya membaca surat elektronik di I-pad-nya terlihat sebuah undangan pesta, dia pun meletakkan benda itu di mejanya dan memandang suasana siang menerik panas mengambil seluruh energi berupa air keringat dari tubuhnya.

Gaara—tepatnya Sabaku No Gaara membaca sekali lagi surat elektronik yang ia terima kemarin, menggumam tak jelas. Bagaimana tidak? Di surat itu tertulis

Undangan Pesta Dansa Topeng

Tanggal : 17 Desember 2011, 19.15 p.m

Tempat : Auditorium hall Ryousen Gatten School

Syarat untuk pesta ini : Harus memakai topeng, tak terkecuali.

Signature

Headmaster Ryousen Gatten School

Dasar, acara yang mereka selenggarakan agak terburu-buru. Ini sudah menunjukkan tanggal 14 Desember, so. Seharusnya sebuah acara tahunan seperti ini harus di rencanakan seminggu yang lalu, tetapi ini lain, dari surat yang ia bacanya itu terlihat baru dibuat. Dia berharap pesta ini tidak akan kacau seperti tiga tahun yang lalu.

Well, dia menyeruput cokelat dinginnya. Dan kembali memeriksa surat elektronik lainnya yang mungkin terlewati dari mata Jade-nya.

"Gaara, jam pelajaran Astronomi sudah di mulai. Bisa kau kembali ke kelas-mu, biar aku yang mengurus pekerjaanmu itu." Ucap laki-laki menghampiri meja ketua osis –Sabaku No Gaara-

"Aku tahu, Kankuro-san. Jika ada pemberitahuan lain, segera hubungi aku." , Gaara pun menegakkan tubuhnya dan mengambil buku cetak Astronomi dengan pena diletakkan dalam saku kemeja sekolahnya. Kemudian dia berlalu pergi ke kelas yang ia tuju.

"Dasar keras kepala, adikku…" Gumam Kankuro menatap pigura yang bersandar manis di meja milik Gaara, terlihat dia, Gaara, Sasori—kakak tertua dari mereka berempat dan gadis berkuncir empat –Temari. Dia pun memikirkan kakak tertuanya sedang ada di kota Konohagakure, mungkin sang kakak menjalani kehidupan dengan nyaman.

Berharap dia bertemu lagi dengan kakaknya, rasa rindu menjalar dari Kankuro. Walau sekarang dia di sini tertua, tetapi yang paling bisa menghibur mereka adalah kakaknya, Akasuna no Sasori.

.

.

Akankah keinginannya terkabul, hukum ketertarikan muncul sebagai wasit dalam pikirannya.

.

.

.


.

.

.

"Itachi, rapat senat sudah akan dimulai." Ucap agak terkesan ajakan dari pemuda berwajah Baby face kepada temannya tengah menatap arah angin di jendela kampusnya.

Sorot mata Onyx tertoleh dan menatap wajah dari yang memanggilnya, "Sasori, bisakah kau tidak mengangguku ketika aku menikmati suasana…" Itachi tengah berhadapan langsung dengan Sasori tanpa beranjak dari kursinya.

"Ayolah, Itachi. Ini bukan main-main, atau kau akan di omelin Konan akan keterlambatanmu di rapat senat." Ancam Sasori dengan seringainya.

Degg…

Sudah di duga oleh Sasori, kalau dengan mengucapkan nama Konan. Maka pemuda berambut hitam berkuncir ini terdiam. Dia hanya menahan rasa tawanya dengan menelan ludahnya, kalian tahu bahwa Konan itu adalah pacarnya Itachi dua tahun yang lalu. Itu berkat dari mitos yang sudah mengakar jauh di sekolah Ryousen Gatten, seharusnya Itachi berterima kasih dengan mitos itu.

"Cukup Sasori, jangan terus meledekku terus!" Dengus Itachi menarik pantatnya dari kursinya dengan paksa dan keluar dari ruangan meninggalkan Sasori seorang diri. "Woyy, Itachi. Tega sekali kau meninggalkan temanmu ini."

"Terserah…"

.

.

.

Ternyata mitos itu membawa sebuah hadiah bagi si sulung Uchiha mendapatkan hati seorang gadis, lagi-lagi. Berterimakasihlah dengan mitos itu.

.

.

.


In Konohagakure, 14 Desember 2011 at 20.12 p.m

.

.

Ramainya kota itu, terlihat betapa sibuknya orang berlalu lalang di jalan tanpa menghentikan rasa lelah mereka yang telah menguasai pikirannya. Lampu berkelap-kelip dengan warna-warni yang indah menambah suasana malam mini begitu romantis. Dingin menusuk kulit tak menghambat keempat gadis memasuki sebuah butik cukup terkenal di kota itu, dengan harganya yang tidak menguras dompet bahkan sangat berkualitas.

Butik Herline la Merci, itulah sebuah tempat tersedianya gaun-gaun yang bernilai sempurna serta aksen ruangannya membuat pengunjung betah untuk berlama-lama di sana atau sekedar duduk, mungkin bisa menikmati obrolan hangat dengan pemiliknya. Yang kita ketahui pemilik nya seorang pria berambut coklat kehitaman memakai baju T-shirt warna putih terkesan santai. Dia bernama

-Obito Uchiha-, di lihat dari namanya saja banyak yang mengetahui kalau ini salah satu bisnis milik keluarga klan Uchiha yang memegang kendali perekonomian kota Konahagakure. Dia adalah adik dari Fugaku Uchiha, Ayahnya dari Itachi dan Sasuke.

Dia tidak seperti kakaknya yang bergelut di perusahaan, laki-laki ini memang memegang banyak butik yang sudah tersebar di kota lain. Akan tetapi, dia lebih suka berada di butik kesayangannya ini.

Keempat gadis itu telah mengundang Obito untuk menghampiri mereka, "Apa yang bisa kubantu, nona?"

Sang gadis bernama Ino langsung menjawab basa-basi dari pemilik butik itu, "Kira-kira gaun yang pas untuk kami yang mana? Soalnya di sini harganya agak menguras jatah kami sebagai pelajar?" Agak ragu-ragu memilih gaun yang di depan matanya.

Obito pun menyunggingkan senyumnya, "Kalau untuk kalian, ada di sana—gaun-gaun itu harganya ekonomis juga tidak mengurangi jatah kalian. Silahkan mencoba, di sana juga banyak pilihan…"

"Arigatou, Uchiha-san." Ucap Sakura menundukkan kepalanya sedikit dan menyusul ketiga temannya yang sudah terlebih dulu ke sana, tempat yang di tujukan oleh Obito.

.

.


.

.

Gadis bermata Lavender itu mengambil gaun tanpa lengan warna ungu muda dengan aksen renda warna hitam tipis menghiasi pinggir gaun itu. Terlihat gaun itu panjangnya mencapai mata kaki, sangat cocok buat seorang Hinata yang terkesan lembut. Dia-pun mengambil topeng warna jingga dengan ungu yang telah di sediakan di butik itu, kemudian dia mencoba-nya di ruangan ganti.

"Cocok sekali Hinata, kau tampak anggun sekali. Pasti si bodoh itu, tak bisa mengenalmu—" Seringai jahil Ino membuat wajah Hinata memerah seperti kepiting rebus.

"Sakura, cepatlah kau mencoba gaun yang kau pilih itu! Kau membuat waktu terbuang habis.." Gerutu Tenten melipatkan tangannya, gadis ini sudah membayar gaun yang dipilihnya dan menunggu ketiga sahabatnya yang masih memilah-milih gaun yang akan dipakai untuk pesta itu.

"Bisakah kau sabar sedikit, Tenten." Bujuk Sakura dengan puppy eyes.

Tenten hanya mendengus kemudian dia mengambil telepon genggamnya tampaknya dia sedang berkirim pesan singkat dengan seseorang.

"Tampaknya kau kebingungan memilih gaun, nona." Ucap Obito menghampiri salah satu pelanggannya.

Sakura menoleh dan menganggukan kepalanya, dia bingung memilih kedua gaun yang berada di tangan kiri dan tangan kanannya. "Maaf sebelumnya, Uchiha-san. Kira-kira yang cocok mana? Aku agak bingung…"

Sekilas melihat kedua gaun itu, kemudian Obito mengambil gaun yang berada di tangan kiri Sakura. "Aku kira ini yang cocok dengan gadis manis sepertimu. Memang ada pesta yang membuat kalian harus membeli gaun-gaun ini?" Tanya Obito.

"Jangan menggodaku, Uchiha-san. Iya, ada pesta dansa topeng di sekolah kami." Jawab Sakura meletakkan kembali gaun yang berada di tangan kirinya.

"Kalau saya boleh tahu, dari sekolah mana kalian?" Obito agak ragu mengatakan hal yang tak penting itu.

Dan jawabannya adalah Ryousen Gatten School, jelas-jelas membuat laki-laki itu agak kaget dan mengembalikan emosinya semula. "Begitu ya, kalian pasti mengenal dengan keponakanku yang bernama Sasuke Uchiha, bukan?"

"Betul, memang ada apa Uchiha-san?"

Laki-laki itu menggeleng kepalanya, "Tidak apa-apa, hanya berta—" Ucapan Obito terpotong karena seorang pemuda berambut Dark Blue memasuki butik miliknya.

"Sasuke, kenapa kau datang ke sini?" Sakura bertanya agak terkejut.

"Aku hanya mengambil pakaian untuk pesta nanti, dan kenapa kau juga ada di sini jidat lebar?" Pemuda itu malah balik bertanya dengan Sakura.

"Kalau aku ke sini berarti membeli gaun, bukankah kau tahu jawabannya?"

Sasuke tanpa menjawab ucapan dari Sakura, dia langsung mengambil pesananan dan langsung melengos pergi. Tapi di tahan oleh Tenten dengan ucapannya. "Bisakah kau mengantar temanku, Sakura. Kebetulan kami bertiga ada keperluan sesuatu. Bisakan Sasuke?".

Pemuda itu menautkan alisnya tanda tak maksud atas permohonan dari gadis bercepol dua terhadap dirinya. "Maksud kalian, aku harus mengantar jidat lebar ke rumahnya. Memang aku bodyguardnya apa?"

"Ayolah Sasuke, sekali saja ya mengantar gadis itu. Bukankah dia teman sekelasmu?" Ucap Obito.

Setelah lama berpikir, Sasuke duduk di kursi tunggu di butik itu sambil mendengar I-pod tanpa memperdulikan apa yang telah diputuskannya. "Cepatlah, aku tidak punya waktu." Kemudian tak berselang lama, ketiga teman Sakura sudah pergi meninggalkannya karena mereka sudah membayar gaun yang dipilihnya.

Tanpa menunggu lama-lama, Sakura langsung membayar gaun yang telah di pilihnya. Tapi sang kasir menahan uang dari tangan Sakura. "Maaf, gaun ini sudah dibayar oleh tuan muda Sasuke Uchiha. Jadi nona tak perlu lagi membayarnya."

Sakura mengerjap-gerjapkan matanya seolah tak yakin atas pendengarannya itu seorang pangeran sok cool itu membayar gaunnya. Memang dia tidak bisa membayarnya apa? rasanya ia harus buat perhitungan.

"Aku sudah selesai, Sasuke-kun…" Dengan nada meninggi membuat Sasuke men-pause kan lagu yang di dengarnya dan menarik tangan Sakura keluar dari butik tersebut. "—Bisakah kau tidak selalu menarik tanganku, aku bisa jalan sendiri…" Gerutu Sakura.

"Hn…"

Mereka langsung memasuki mobil Aspache 224 milik tuan bungsu Uchiha, di dalam tercipta kesunyian diantara mereka berdua. seiring udara dingin AC mobil mengalirkan napasnya ke kulit kedua manusia berbeda gender ini. Tak ada yang memulai pembicaraan sampai suara getar telepon genggam Sasuke membuyarkan konsentrasi menyetirnya.

"Emm—Sakura, bisa kau mengambil I-phone ku di sakuku?"

"Ha', aku? kau kan bisa mengambil sendiri, Sasuke-kun…" Ucap Sakura menolak permintaan Sasuke.

"Sakura, aku sedang konsentrasi menyetir—jadi, apa susahnya mengambilnya?" Dengus Sasuke tanpa menoleh mata Emerlad Sakura.

Dengan nada menggerutu, Sakura mengambil I-phone Sasuke dari sakunya, akibat nafas nya mengalun di bahu Sasuke. Tingkat konsentrasinya terbuyar dan berakibat hampir menabrak tiang.

"What's the hell? Kau hampir membuat kita mati penasaran…" Sakura mengelus dadanya dan masih memegang telepon genggam Sasuke.

"Gara-gara nafasmu, yang membuat kita hampir mati. Jidat lebar!" Geram Sasuke menatap langsung Sakura.

"Jangan salahkan aku! kalau kau yang menyuruh mengambil telepon genggam laknat ini!" teriak Sakura hampir membanting benda elektronik itu akan tetapi ditahan tangan kekar Sasuke.

Hening menimpa keduanya, mereka agak menikmati tatapan itu yang semakin membuatnya terbius dengan alam yang menciptakan suasana itu. Tanpa sedetik mereka menyelami satu sama lain, tetapi—

Sakura dan Sasuke langsung menjauhkan mukanya masing-masing, terlihat mereka menghadap arah yang berlawanan menyembunyikan rasa malunya, wajah mereka merah seperti kepiting rebus.

"Ma-maaf, rumahmu ada dimana. Sakura?" Ucap Sasuke agak gugup yang kemudian menghidupkan mesin mobilnya.

"Tinggal belok kiri, kemudian lurus…" Jawab Sakura, "Ini telepon genggammu, sepertinya ada pesan singkat…" agak ragu mengatakannya.

"Bisakah kau membukanya?" Sasuke memohon, dan tak lama Sakura membuka pesan itu dan membacanya

From : Baka Otouto

Kau ada dimana, Sasuke?

"Sasuke-kun, ini dari kakakmu sepertinya." Sakura langsung memberi I-phone ke Sasuke, merasa sudah mendekati rumahnya, "—Err rumahku sudah sampai. Makasih atas tumpangannya." Interupsi Sakura.

Dia pun langsung menghentikan mobilnya, gadis berambut Sugarplum itu keluar dari berpamitan langsung dengan Sasuke yang telah keluar dari mobilnya juga. "Sasuke-kun, arigatou…"

Sakura langsung memasuki rumahnya dengan wajah berbinar-binar, dia langsung mengingat kejadian yang tak terulang lagi. Sekilas senyuman menguar dari bibir ranumnya membuat ibu nya tampak kebingungan melihat raut wajah gadisnya itu.

"Kau kenapa anakku? Kulihat sangat bahagia—ataukah kau sudah mempunyai pacar ya?" mata blink-blink ibu nya Sakura menambah semburat tipis dari pipi chubby-nya.

"Tidak, Kaa-san. Sudahlah aku ke kamar dulu…"

Sang ibu langsung membuka gorden jendela dan menatap apa yang tertangkap dari matanya, dan terlihat seorang pemuda baru memasuki mobil tampaknya dia menunggu gadis masuk ke dalam rumahnya. Lebih jelasnya di depan rumahnya, "Hmm, tampaknya ada yang mencuri hati gadisku…"

.

.


.

.

Pemuda berambut Dark Blue langsung memasuki mobil Aspache–nya, tanpa berbasa basi menghidupkan mesin mobilnya dan melaju cukup kencang. Terlintas tadi seorang ibu melihat dirinya, mungkin pikir ibu itu adalah "Siapa gerangan yang mengantar anakku ini?". Dia pun langsung menghubungi salah satu sahabatnya…,

"Ada apa Sasuke?"

"Shika, siapa yang akan menjadi pasanganmu nanti?"

"Mendokusai, kenapa kau bertanya itu? Entahlah…"

"Besok kau bisa datang lebih awal?"

"Memang kenapa, Sasuke? Ada dokumen yang harus di diskusikan, ya?"

"Pokoknya kau harus datang lebih awal…"

Tut..tut…, Sasuke langsung menutup panggilan, kemudian I-phone ia letakkan di samping jok mobilnya. Dan langsung melanjutkan perjalanan pulangnya.

Entah apa yang telah memainkan alur ini. Mitos telah mengikuti mereka tanpa sadar mengambil alih seakan mereka itu adalah aktris dan aktor dan yang berperan sebagai produser adalah waktu. Mungkin akan berubah dengan secuplik takdir-takdir dengan peristiwa tanpa di duga sebelumnya.

-Hukum ketertarikan…Mitos…membuat suasana menjadi menarik.

.

.

.


TBC

Gracia Notes

Baru kali ini saya membuat fic ini sampai tiga ribu lebih kata, *pecahkan rekor*, saya sudah berusaha sebaik-baiknya membuat feel nya supaya kerasa penjelasan ceritanya. Maafkan jika masih terdapat kesalahan kata ataupun misstyponya masih banyak.

Saya berharap cerita ini bisa di terima oleh kalian semua, Doumo untuk membacanya~~

Review kalian bisa membangkitkan semangat saya untuk melanjutkan ceritanya.

Salam**

Wulanz Aihara Uchiha-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar