Kamis, 02 Februari 2012

Drabble 1 : Tambah Lagi! Chapter 2, a harry potter fanfic - FanFiction.Net

Drabble 1 : Tambah Lagi! Chapter 2, a harry potter fanfic - FanFiction.Net

Harry Potter © J.K Rowling

Sakit,huh! © Gracia De Mouis Lucheta

Genre : Romance™/ Family

Rated : T

Pairing : Draco.M and Hermione.G[Hermione Jean Malfoy]

Warning : Misstypo, OOC, AU,

Enjoying for Reading and Review…

~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~

Drabble –The 2rd Episodes

Berulangkali perkamen-perkamen dengan topik sama harus di tulisnya, sikut-sikut di dahinya bermunculan. Rasanya dia ingin membanting perkamen itu sekarang juga, tapi tugasnya yang bekerja di kementerian sihir tak memberikan satu kali istirahat walau sehari. Bisakah sehari saja? Sungutnya.

Tapi akhir-akhir ini. Badannya tidak dapat mengikuti alur perintah otaknya, juga kepalanya pusing dan berat. Apa efek bekerja terlalu malam ataukah dia melupakan sarapan setiap pagi? Dia rasa bukan hal itu yang membuat badannya menjadi sakit.

Draco Malfoy kini terbaring di meja kerjanya, mengeluh lagi kemudian dia memijit kepalanya berulangkali agar rasa sakitnya mereda. Akan tetapi dia perlu obat untuk menyembuhkan penyakit yang sering terjadi padanya. Kali ini parah menurutnya.

Tepat jam 06.12 a.m menunjukkan ufuk matahari terbit arah timur telah menyinari Malfoy manor. Terlebih lagi seorang pewaris tunggal keluarga Malfoy tidak tidur semalaman juga ditambah rasa sakit menyerangnya.

Sang istri, Hermione Jean Malfoy menyadari ketidakberesan suaminya yang masih saja fokus pada pekerjaannya. Dia membuka pembicaraan untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Draco, are you okay?" Ucap Hermione menunjukkan rasa cemasnya, Draco langsung menegakkan kepalanya dan bertatapan mata milik istrinya. Hanya saja, seperti biasa Draco memberikan seringai yang berarti "I'm okay, Mione".

Tapi, Hermione tidak percaya bahkan dia ingin menyentuh dahi suaminya dan memeriksanya untuk memastikan rasa khawatir dalam dirinya sebagai istri untuk memperhatikan seorang suami. Sebelum mengenai dahi suaminya, tangannya sudah tertahan oleh tangan kekar milik Draco.

"Sudah kubilang aku baik-baik saja. Aku hanya perlu minum cokelat panas—bisakah kau membuatnya,Mione?" Suara lirih Draco membuat istri menghentikan rasa khawatirnya itu.

"Kau bisa menyuruh peri rumah untuk membuatnya,Draco." Ucap penolakan Hermione terkesan membuat Draco menahan pergerakan sang istri. Hey, Draco. Bukankah kau sedang sakit?.

"Aku hanya meminumnya, jika itu buatanmu. Mione. Kumohon sekali ini saja—aku tahu kau sedang mengandung dan perlu istirahat." Pandangan Draco menjadi melembut.

Hermione mengangguk kepalanya dan meminta Draco untuk melepas tangannya, "Kuharap ucapanmu itu tidak bohong kalau kau baik-baik saja. Karena aku istrimu,jadi jangan membohongiku walau dirimu hanya sakit." Diapun langsung menuju ke dapur meninggalkan Draco sendirian dikamar.

Tak berselang lama, Draco ambruk seketika. Dia mencoba bangkit dan mandi air hangat untuk merilekskan badannya yang mungkin saja penyakitnya bisa sembuh, dengan langkah gontai dengan memegang apapun untuk menopang badannya yang linglung. Dia harus bisa…dia harus mampu untuk bekerja hari ini agar keluarganya tidak cemas terutama istrinya hampir mencurigainya berbohong atas rasa sakitnya ini. "Maaf, aku tidak bisa mengatakannya."


*0*0*0*0

.

.

.

Rasa roti selai yang di kunyah terasa sangat pahit, sang lidah tidak merespon stimulus-stimulus yang diberikan dan hanya menyampaikan pesan dengan "rasa pahit", Draco langsung meneguk cokelat panas buatan istrinya dan bergegas bangkit dari tempat duduknya untuk bekerja di kementerian sihir. Ini membuat daddy, mommy, Scorpius –anaknya- juga istrinya menoleh heran akan tingkah Draco tak biasanya terjadi.

"Draco, tidak terlalu cepat berangkat sekarang? Duduklah dulu sebentar." Tanya Narcissa.

Dia hanya diam membelakangi keluarganya dengan menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sekarang dia memakai jaket agak tebal terbuat dari serat kain yang dapat menghangatkan tubuh juga syal warna hitam hijau yang dulunya menandakan Syltherin dan mengenggam tas yang berisi perkamen-perkamen kementerian sihir. Pekerjaan kali ini membuat dirinya lelah.

"Dad, menurutku—kau sakit ya?" Pertanyaan polos Scorpius membuat rasa kagetnya menjadikan aliran listrik, bagaimana anak ini bisa membaca pikirannya ataukah dari—

"Draco, tumben memakai jaket tebal itu? Tampaknya kau aneh hari ini…" Ucap Lucius sambil menelan roti selainya.

"Aku baik-baik saja—" Draco mendekati istrinya dan mengecup dahi Hermione kemudian menghampiri anaknya, "—Ayah sehat kok, Scor." Dan mengacak rambut anaknya lalu ber-apparte menuju ke kementerian sihir.

Hermione mendengus kesal juga khawatir menyelimuti pikirannya, "Aku harap kau tidak membohongiku,Draco."

.


.

Lagi..lagi dan lagi, rasa sakit ini menguasai dan memperlambat kerjanya. Draco memijit kembali kepalanya dan hampir saja dirinyajatuh dan membuat semua perkamen dan dokumen nyaris turun ke lantai. "Ck, sial…" rutuknya kembali mengambil pena yang terbuat dari bulu elang dan menggoreskan tintanya ke perkamen selanjutnya.

"Jangan memaksakan diri, Draco." Seseorang menghampirinya dengan kacamata bulat yang selalu bertengger di hidungnya, rambut hitam juga disebut pahlawan Hogwarts yang telah mengalahkan Voldemort –Pangeran Kegelapan- siapa lagi kalau bukan Harry James Potter, sahabat istrinya selain Ron Weasley –Rival terberat dalam merebut perhatian Hermione-.

Draco terkekeh pelan, "Aku masih bisa menyelesaikannya, tenang Harry…sekitar dua jam lagi kita memulai rapatnya."

"Aku rasa kau tidak enak badan—dan mungkinkah kau begadang lagi tadi malam?" Tanya Harry cukup membuat pemuda berambut pirang ini agak kaget karena sahabat istrinya tahu kalau dirinya tidak tidur semalaman gara-gara pekerjaannya tidak selesai.

"Yeah, aku begadang semalam. Tapi kau tidak usah khawatir—Sekarang lanjutkan pekerjaanmu saja. Harry" Ucap Draco agak terkesan pengusiran, Harry mengangguk dan melangkah pergi akan tetapi dia bergumam dalam hati "Kau sakit, Draco. Walau kau menyembunyikannya, tidak bisa membohongiku, teman." Kemudian dia berlalu menuju ruangannya.

.

.


.

Waktu sudah menunjukkan angka jam 4 sore, saatnya dirinya harus pulang dan menikmati rasa kantuk luar biasa juga sakitnya tidak mau berkompromi lagi dengannya. Kemudian dia mengambil tasnya akan tetapi dirinya sudah ambruk dan tak sadarkan diri.

Beruntungnya Harry yang cemas dengan keadaannya bergegas ke ruangan Draco dan mendapatkan Draco terbaring dilantai kemudian dia meminta salah satu teman seangkatan untuk membantu membopong Draco ke Malfoy Manor. "Sudah kuduga kau memaksakan diri, sifat egoismu itu membuat semuanya cemas. Dasar,Draco." Dia langsung ber-apparte dengan cepat karena kondisi Draco buruk.

.

.

.

.

.

Hermione menggigit jarinya dan mondar-mandir ke sana kemari membuat momnya khawatir akan menantu kesayangannya itu. Rasa lemas gara-gara kondisi kehamilan yang menginjak 3 bulan masih rawan dan harus istirahat total, tapi dia tidak mengindahkannya karena sekarang dia cemas dengan keadaan suaminya.

Tak berlangsung lama, kecemasan Hermione bertambah mendapatkan suaminya dibopong sahabatnya Harry. Dia menyentuh kening Draco, alangkah terkejutnya dan menyuruh Harry membawanya ke kamar mereka. Setelah membiarkan sebentar Draco berbaring di tempat tidur, Hermione meminta maaf kepada Harry atas kerepotan membawa suaminya ke rumah, sahabatnya itu hanya mengulum senyum pertanda "Tidak apa-apa, ini gunanya teman." Kemudian Harry langsung pulang dengan ber-apparte dengan cepat.

Hermione langsung menfokuskan pandangannya ke suaminya yang kini terbaring sakit, berpeluh keringat mengucur di seluruh tubuh Draco, dia rasa sekarang suhunya mulai menurun dari suhu 40 derajat menjadi 38 derajat.

Dia menempatkan kain hangat di dahi Draco kemudian menyuruh peri rumahnya membuatkan sari lemon hangat dengan cokelat mocca panas. Tak lama, kelopak mata Draco terbuka dan mencoba menguasai pandangannya ke sana kemari dan mendapatkan istrinya tengah duduk di samping tempat tidur mereka.

"Kau sudah bangun, Draco." Dengus Hermione yang masih kesal karena suaminya tidak memberitahukan kalau dirinya sakit.

"Mione, kau marah eh?" Tanya Draco, Hermione masih menatap ekor mata Draco tampak raut kekesalan bercampur kekhawatiran dalam dirinya.

Draco menghela napas panjang dan mendudukan tubuhnya dan merebahkan ke pinggir tempat tidurnya dengan kain masih di dahinya. "Maaf tidak memberitahumu, aku hanya—"

"Aku mengkhawatirkanmu, bodoh! Jangan berpikir kalau aku tidak cemas, aku ini istrimu." Ucapan Draco terpotong karena suara istrinya mendominasi juga menekankan kalimat "istrinya" membuat Draco meneguk ludahnya.

"Aku hanya tidak ingin membuatmu cemas…aku harus menjadi kepala keluarga yang sempurna, aku tidak ingin menjadi benalu karena langsung mendapat pekerjaan di kementerian sihir, aku harus sempurna, Mione." Perkataan terkesan sendu keluar dari mulut Draco.

"Aku tidak menuntut kesempurnaan itu, Draco. Manusia tidak ada yang sempurna, hanya ada saling melengkapi satu sama lain. Contohnya kau…kau harusnya memperhatikan kondisi fisikmu, jangan di forsir bahkan sampai tidak tidur semalaman. Kau berpikir aku tidak tahu gelagat anehmu menyembunyikan rasa sakitmu itu!" Ucap Hermione menceramahi suaminya untuk tidak memaksakan diri.

"Tapi aku harus menyelesaikan secepatnya, aku mau dipandang sebagai keturunan Malfoy yang mandiri, tidak berpangku tangan dengan daddy. Tidak mau dicap sebagai anak manja lagi." Lirih Draco.

Hermione hanya tersenyum sebentar dan memulai pembicaraan kembali, "Kau sudah mandiri, Draco. Dirimu sudah menjadi suami sekaligus ayah dari Scorpius juga—" menunjukkan perutnya "—yang masih di dalam sini. Aku mohon jangan terulang lagi."

Draco kaget akan ucapan istrinya dan mendekatkan wajahnya kea rah wajah Hermione, sang istri yang menyadari itu memaling mukanya. Tetapi tangan Draco menahan pergerakan wajah istrinya dan menahannya sebentar, "Kurasa aku akan sembuh dengan—"

CUP

Sukses bibir Draco mendarat di bibir istrinya, hanya ciuman singkat tapi membuat Hermione dengan wajah memerah langsung memukul pelan bahu Draco.

"Demi Merlin, apakah kau mau menyalurkan rasa sakitmu kepada anakmu,hah?" Sungut Hermione menatap tajam Draco.

Draco bingung kemudian sejenak dia berpikir dan menunjukkan seringai lebarnya, "Oh, jadi dengan sebuah ciuman bisa menyalurkan sakit ya?", sang istri masih dengan posisinya semula, "Jadi, mungkin aku bisa sembuh dengan ciuman tentunya."

Urat-urat dahi Hermione mengkerut merespon apa yang di katakan suaminya, "Jelas-jelas itu membuatku sakit dan anakmu pula, Draco."

"Biar, nanti kita saling bergantian saja." Seringainya.

"Tidak, kau harus sembuh sekarang juga karena besok kau harus menemani Daddy ke Paris. Dan jangan merengek kalau kau masih sakit."

"A..aku tidak mau, aku ingin bersamamu saja~"

"Tidak, ini sudah keputusan daddy atau air panas ini menyeka mukamu itu." Hermione menyeret mangkuk berisi air panas tepat di hadapan Draco

Lagi, Draco meneguk ludahnya dan menuruti apapun permintaan istrinya kalau dia ingin sembuh asalkan dia bersamanya, sudah menjadikan obat penenang baginya. Well, Draco. Kau mendapat istri yang begitu perhatian denganmu.

OWARI


Gracia minta maaf jikalau drabble kedua ini kurang mengesankan. Atau masih misstyponya masih bertebaran.

Saya masih belajar dan perlu review dari kalian semua.

Terimakasih buat :: missyrully , Kazuma B'tomat,atacchan,chiikuu ,Zhavier Malfoy ,teuk,Rey619 ,aniranzracz.

Arigatou buat review kalian sungguh membangun diriku melanjutkan fic ini.

Jadi bersediakah anda mereview fic saya.

Signed

Gracia De Mouis Lucheta

01 February 2012, at 00.39 a.m

Drabble 1 : Tambah Lagi! Chapter 1, a harry potter fanfic - FanFiction.Net

Drabble 1 : Tambah Lagi! Chapter 1, a harry potter fanfic - FanFiction.Net

Harry Potter © J.K Rowling

Tambah Lagi! © Gracia De Mouis Lucheta

Genre : Romance™/ Family

Rated : T

Pairing : Draco.M and Hermione.G[Hermione Jean Malfoy]

Warning : Misstypo, OOC, AU,

Enjoying for Reading and Review…

~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~

Drabble –The 1 st Episodes

Aroma cokelat panas menyeruak di cangkir kecil warna perak terpekur di meja kerja milik laki-laki berambut pirang platinum dengan wajah pucat. Dia masih membaca Koran The Daily Prophet juga berkas-berkas kementerian sihir yang harus ia baca dan membuat laporan untuk besok yang sedari tadi belum menyentuh cokelat panas buatan istrinya.

Tanpa dia sadari, wanita berambut cokelat di kuncir tinggi dengan dress lingerie warna hijau muda dilapisi jubah tebal warna merah marun menghampirinya.

"Hey Draco, sampai kapan kau menunggu cokelat panas itu menguap?"

Laki-laki bermata abu-abu itu menoleh dan menatap mata cokelat madu milik wanita di depannya sekarang. Seperti biasa, dia hanya memberikan seringai tipis andalannya.

"Sampai kau ada di sini bersamaku, Mione."

Hermione mendengus kesal atas jawaban suaminya, dia langsung merebahkan tubuhnya di meja hias kemudian melepas kunciran dan menyisirnya.

"Apakah Scorpius sudah tidur,Mione?" Tanya Draco menghentikan aktivitas membaca kemudian fokus dengan wanita di sampingnya sekarang.

Istrinya tidak bergeming sedikitpun bahkan bungkam untuk menjawab pertanyaan dari Draco. Dia masih melanjutkan aktivitas menyisirnya bahkan bergumam dalam hati dengan raut muka cemberut terpampang di kaca meja riasnya.

"Mione…, kau ngambek—eh?"

"…"

"Ayolah, Mione. Jangan ngambek atau—kucium sekarang" Ucap Draco.

"A-apa? Tidak semudah itu,Draco." Hermione masih tak menatap mata suaminya.

Draco menautkan alisnya karena tak mendapat tanggapan yang mengesankan, dia kemudian melanjutkan membuat laporan kementerian sihir yang diminta oleh rival terdahulu –Harry Potter- yang sama-sama bekerja di sana. Bahkan mencapai 30 perkamen harus ia selesaikan malam ini juga. "Dia sebernanya ingin membunuhku dengan menyelesaikan laporan ini huh!" Dengusnya.

Tak berseling kemudian, Hermione melepas jubahnya yang ia letakkan di meja riasnya dan merebahkan tubuhnya di samping Draco kemudian dia menutup matanya untuk bermimpi indah. Tetapi ada yang mengusik pikirannya, Hermione bangun dan duduk hingga membuat pekerjaan Draco terhenti.

"Mione, kau tidak apa-apa? Badanmu sakit?" Cemas Draco menoleh istrinya yang berkeringat dingin mengucur deras di pelipisnya.

"Aku tidak apa-apa,Draco. Selesaikan pekerjaanmu itu! Aku hanya kecapekan…"

Tanpa menuruti kemauan istrinya,Draco membaca pikiran Hermione, tak berselang lama laki-laki bermata abu-abu ini paham apa yang dipikirkan oleh istrinya dan melanjutkan kembali pekerjaannya.

Bingung akan suaminya yang tiba-tiba panik kemudian langsung melanjutkan menyelesaikan 30 perkamennya, Hermione mencoba merangkai kata-kata yang ada di pikirannya dari pesan daddy-nya. "Draco, maaf tadi aku tidak menjawab pertanyaanmu…" Ucapnya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Hn…"

"Apakah kau tidak mendapat pesan dari daddy, ka-kalau…" Hermione menghentikan ucapannya membuat Draco menghentikan sejenak perkamennya tetapi dia tak bertatapan langsung karena dia tahu apa yang di pikirkan oleh istrinya hanya saja sedikit mempermainkan saja sebentar.

"Lanjutkan saja,Mione. Jangan gugup…"

"Kalau daddy minta—"

"Hmm…"

"—Cucu lagi…"

Draco yang meminum cokelat di cangkirnya agak tersedak kemudian berusaha bersikap seperti biasa dan beruntungnya Hermione tak melihatnya. Padahal dia tahu kalau daddy-nya meminta cucu lagi, tapi membuatnya tidak cepat dan butuh proses apalagi kalau istrinya mau itu bisa di lakukan, tapi kalau tidak?

"Draco, kau mendengar ucapanku tadi." Hermione menggigit bibirnya, dia takut kalau suaminya tidak mau menuruti permintaan daddynya apalagi untuk mengurus Scorpius Malfoy yang masih harus di asuh olehnya. Apalagi kalau punya anak lagi, bisa-bisa anaknya yang sulung bisa terlantar.

Scorpius Malfoy, adalah anak pertama campuran dari Muggle Blood dan Darah Murni juga menjadi pewaris pertama laki-laki dari kekayaan milik keluarga Malfoy. Tapi sekarang daddy –Lucius Malfoy- yang telah dibebaskan dari hukuman mati berkat Harry Potter, meminta cucu lagi?.

Karena tak mendapat tanggapan dari Draco, dia langsung menarik selimut dan kembali tidur.

"Mione, kemari sebentar…" Panggil Draco.

"Tidak, aku mau tidur. Urusin saja pekerjaanmu itu!" Bentak Hermione tak mau bertatapan langsung dengan suaminya.

"Mione…" Suara lirih Draco mencoba membujuk Hermione yang suka ngambek kalau tidak ditanggapi ucapannya. Beruntungnya kau Hermione mempunyai suami seperti Draco yang sabar menghadapimu.

"Tidak…"

"Tatap mataku, Mione. Aku ini suamimu…" Bujuk Draco lagi.

Karena tidak mau dianggap istri pembangkang, dia langsung menoleh dan menatap mata abu-abu Draco. Tanpa dia sadari, "Dra—" bibir mereka bersentuhan lembut.

Kaget, Hermione kaget akan ciuman Draco tiba-tiba. "Hmmph—"

Dia menekan sudut bibir istrinya agar dapat menjelajahi lekukan dalamnya, tanpa berlama-lama, Draco menindih tubuh Hermione dan melanjutkan aksi ciumannya. Tak lama berseling kemudian, dia melepas ciumannya dan bertatapan langsung dengan istrinya.

Muka Hermione memerah akut atas perlakuan kilat Draco –suaminya-.

"Aku sudah tahu isi pikiranmu,Mione. Hanya saja aku sedikit bermain-main sejenak denganmu." Ucap Draco menyeringai.

"Kau betul-betul jahil, Draco." Dengus Hermione.

"Benarkah? Berarti sifat jahilku ini menurun ke Scorpius…"

"Hentikan, aku tidak mau Scorpius sama sepertimu—"

Draco memasang tampang mesumnya kemudian menggelitik tengkuk istrinya, "Ayo tambah lagi,Mione~~"

Dan sekarang, Hermione meneguk ludahnya karena alih-alih dia tahu kemauan suaminya jika gelagatnya sekarang ini "Emm—Draco, selesaikan dulu pekerjaanmu itu." Rayu Hermione mencoba menolak kemauan Draco.

Tak menanggapi sang istri, Draco tetap melanjutkan aksinya tanpa melanjutkan pekerjaan yang terbengkalai juga bisa saja besok di omelin Harry. Tapi sekarang fokusnya utama adalah istrinya. Mumpung dia punya waktu untuk melakukannya…

"Aku maunya sekarang, Mione~~" Rengek Draco.

"Eh?"

"Mumpung ada waktu,Mione. Dua hari ke depan beritahu Scorpius kalau dia sebentar lagi menjadi kakak!"

"Kenapa kau yakin sekali kalau dua hari lagi aku bisa hamil, Demi celana merlin, kau bukan Tuhan. Draco!"

Draco menyeringai kemudian membisikkan sesuatu yang membuat Hermione kembali membuat muka memerah."Bukankah di mulai hari ini kau subur? Jangan tanya aku tahu dari mana, yang jelas kupastikan dua hari lagi."

"Kau siap,Mione." Ucap Draco meminta izin kepada Hermione.

Dalam batin Hermione, "Darimana dia tahu kalau hari ini aku subur? Oh, demi Merlin. Dia kan tahu jadwal suburku. Mati aku!"

Dengan mengangguk pertanda "iya" dari Hermione, Draco tersenyum mesum kemudian memberi sentuhan-sentuhan dan malam ini menjadi malam yang panjang dan indah bagi mereka berdua

~*~*~*~OWARI~*~*~*~*


.

.

.

Just not end for first Drabble

.

.


*~*~*~*~OMAKE~*~*~*~~*

Two days ago…

"Hooek…Hoeek…" Hermione kembali ke kamar mandi dan memuntahkan di sana, berulang kali dia melakukannya apalagi perutnya mual-mual sekarang. Demi merlin, apa yang terjadi pada Hermione Jean Malfoy?.

Tetapi Draco yang duduk di perapian hanya tersenyum tipis, karena dia tahu apa yang di alami istrinya. Dia langsung menyibukkan diri dengan membaca Koran dan meminum cokelat krim hangat.

"Dad, mom sakit ya? Kok dari tadi mom bolak-balik ke kamar mandi?" Tanya laki-laki berperawakan mirip dengan Draco akan tetapi hanya mata cokelat menurun dari Hermione.

Draco hanya tersenyum tipis, "Scorpius, sebentar lagi kau akan menjadi kakak."

"Benarkah, dad?" Ucap Scorpius berbinar-binar.

"Hey,Draco. Bisakah kau urusin istrimu?" Teriak Narcissa –Mommy Draco-.

"Mom, berikan test pack untuknya. Aku yakin kalau mom punya cucu lagi!" Dengus Draco.

Hermione mendelik tajam mata abu-abu Draco dan mengambil test pack kemudian menuju ke kamar mandi,

"Dad, mom marah ya dengan daddy!" Ucap Scorpius ketakutan.

Draco terdiam dan menunggu hasil dari Hermione yang akan keluar sebentar lagi…

Wajah memucat Hermione dengan menunjukkan garis dua di alat test packnya, Draco menyeringai…Scorpius bingung dan Narcissa tersenyum lebar.

"Hermione, kau hamil lagi!" Ucap Narcissa memeluk menantunya.

Draco mendelik dan berbicara dengan telepati kepada Hermione "Ucapanku benarkan,Mione~~"

~*~*~*The First Drabble End~*~*~*


Ini fic DraMione pertama saja, maaf kan saya jikalau bahasanya agak rancau dan banyak misstyponya.

Signed

Gracia De Mouis Lucheta

11 January 2012, 11.51 a.m

Artikel Tentang Jepang

Jumat, 30 Desember 2011

Sinopsis 49 days [Episode 1]


Kabarnya, film ini ditayangkan di Indosiar^^. Maka saya menampilkan sinopsis dari episode 1 dulu, okay !!
Genre: Fantasy, romance
Episodes: 24 (to be confirmed)
Produksi: SBS, Maret 2011 s/d Juni 2011
Air time: Wednesday & Thursday 21:55

Cast

Lee Yo Won as Song Yi Kyung
Nam Gyu Ri as Shin Ji Hyun
Jo Hyun Jae as Han Kang
Bae Soo Bin as Kang Min Ho
Jung Il Woo as scheduler/ penjemput roh manusia
Seo Ji Hye as Shin In Jung
Choi Jung Woo as Shin Il Shik (Ji Hyun’s father)
Yoo Ji In as Ji Hyun’s mother
Bae Geu Rin as Park Seo Woo
Son Byung Ho as Oh Hae Won
Moon Hee Kyung as Bang Hwa Joon
Kang Sung Min as No Kyung Bin
Yoon Bong Gil as Cha Jin Young
Kim Ho Chang as Ki Joon Hee
Jin Ye Sol as Ma Soon Jung
Lee Jong Min as Go Mi Jin

Episode 1

Memperlihatkan kesibukan kota dan orang-orang di dalamnya. Dari mulai perkantoran, transportasi, traffic jam, taruhan pacuan kuda, pasar, dll
Lalu Ada kelahiran dan kematian. Semuanya silih berganti.

Di ketinggian kota, seorang malaikat penjemput roh manusia (Jung Il Woo) duduk sambil main gitar dan menyanyi. Matanya mengawasi orang-orang, siap dengan jadwal penjemputan-nya.
Gadget malaikat satu ini canggih juga haha..tapi Sang Pencipta memang canggih, so no wonder ..

Keesokan-nya, Shin Ji Hyun akan berangkat ke pesta pertunangannya bersama dua teman wanitanya, Shin In Jung dan Park Seo Woo. Mereka terjebak macet.
Ji Hyun : Apa yang harus kulakukan? ia hampir menangis.
In Jung : Ayo turun!

Ji Hyun kaget, apa? In Jung berkata kita turun saja.

Lalu ketiganya turun dari mobil dan lari ke gedung tempat pesta. Ji Hyun geli, ini seperti film saja.

Hak sepatu Ji Hyun lepas, ia mulai menangis lagi dan In Jung memberikan sepatunya untuk Ji Hyun, pakai ini. Kau akan terlambat ke upacara.
In Jung rela lari tanpa sepatu.

Sementara Han Kang masih asyik kerja di kantornya. Ia seorang arsitek dan sedang asyik menggambar design gedung.
Asisten-nya masuk membawa tuxedo. Han Kang mengeluh, kenapa ia harus mengenakan itu.

Asisten-nya berkata, kalau Han Kang akan segera terlambat ke upacara pertunangan, jadi anda harus bergegas.

Pesta pertunangan Kang Min Ho (Bae So Bin) dan Shin Ji Hyun sudah dimulai dan thank God, Ji Hyun sampai tepat waktu.
Mereka saling bertukar cincin dan memberi hormat. Kedua orang tua terlihat bahagia.

Teman2 Ji Hyun juga terlihat lega. In Jung gelisah karena ia memakai sepatu yang kekecilan dan Ji Hyun kelihatan merasa bersalah.

Lalu ayah Ji Hyun mulai pidato dan berkata kalau ia minta maaf karena pertunangan putrinya dilangsungkan besar2an, di tengah masa susah, tapi ..
belum selesai bicara, Han Kang masuk dan membuat ayah Ji Hyun terhenti.

Han Kang membungkuk minta maaf dan Ji Hyun memainkan kukunya (sepertinya ini kebiasaan Ji Hyun).
Ayah Ji Hyun melanjutkan, ini karena ia memberikan Min Ho proyek yang besar dan ingin calon menantunya itu segera menyelesaikan proyek, lalu menikah. Cuma mereka tidak tahu berapa lama proyek itu, makanya tunangan dulu.

Setelah upacara selesai, Min Ho dan Ji Hyun menemui para tamu. Min Ho menegur Han Kang, kenapa datang setelah upacara selesai.
Han Kang tanya apa dia bisa pergi sekarang.
Ji Hyun kesal, bagaimana bisa pergi duluan, padahal datang belakangan.

Han Kang memberi selamat pada Min Ho dan tidak menggubris Ji Hyun. Lalu Min Ho harus menemui ayah Ji Hyun dan minta Han Kang memegang tangan Ji Hyun, karena Ji Hyun repot sekali dengan gaunnya dan perlu bantuan.

Tapi Han Kang berkata bagaimana ia bisa memegang tangan tunangan orang lain.

Ji Hyun jalan pergi dan berkata kalau ia juga tidak ingin tangannya dipegang Han Kang.

Han Kang memandang Ji Hyun yang menjauh dan tersenyum pada teman2nya. Yeah..ada cinta tersembunyi disini ..Han Kang jelas suka dengan Ji Hyun.

Min Ho menceritakan tentang Han Kang pada ayah Ji Hyun, aku mengenalnya ketika mengambil MBA. Selera konstruksinya sangat unik dan mengagumkan. Aku ingin memberikan tanggung jawab padanya.

Tapi ayah Ji Hyun tidak yakin dengan pengalaman Han Kang.
Min Ho meyakinkan ayah Ji Hyun, kalau Han Kang bagus dan bahkan ia mendapatkan penghargaan tentang kontruksi yang melindungi lingkungan dari universitasnya.

http://kadorama-recaps.blogspot.com/Kemudian kita dipertemukan dengan Sang Ratu :) maksudku Song Yi Kyung. Duduk makan mie instant sendirian dalam apartemen-nya yang kumuh di pinggir kota. Sorot matanya sama sekali tidak memancarkan semangat hidup.

Yi Kyung keluar dari apartemen-nya dan jalan kaki ke toko serba ada kecil, ia bekerja sebagai kasir paruh waktu disitu. Tapi sama saja, Yi Kyung hanya duduk dengan tatapan kosong.

Ada seorang pria yang membeli rokok, Yi Kyung melihat pria itu dengan menerawang, padahal sepertinya pria itu ingin kenalan dengan Yi Kyung.
Tapi Yi Kyung hanya mengambilkan rokok, menerima 1000 Won dan tidak mempedulikan-nya lagi.

Ayah Ji Hyun pulang ke rumah, ia mabuk. Sepertinya ia senang sekali dan banyak minum dengan teman2nya.
Ayah Ji Hyun masuk ke kamar putrinya, memandangi Ji Hyun dan menepuk kepalanya. Jelas Ji Hyun adalah kesayangan ayahnya.

Paginya, Ayah Ji hyun memanggil Min Ho dan Ji Hyun. Ia ingin keduanya segera menikah.
Min Ho kaget : Presiden, kami baru saja bertunangan kemarin.

http://kadorama-recaps.blogspot.com/Ayah Ji Hyun : Jadi kau tidak mau menikahi Ji Hyun?
Min Ho : Anda tahu itu tidak mungkin terjadi.
Ayah Ji Hyun ingin mereka menikah segera. Ji Hyun mengeluh, bagaimana bisa, ada banyak sekali yang harus disiapkan!

Malamnya, Ji Hyun mengeluh pada ibunya, kenapa harus cepat2 menikah.
Ibunya berkata kalau Ayah ingin agar Min Ho segera masuk ke dalam keluarga, agar bisnis resort pantai mereka segera dikerjakan.

Ji Hyun : Apa ayah ingin kami segera menikah karena urusan perusahaan?
Ibunya menghibur, bagi ayahmu, kau yang pertama, lalu aku dan yang ketiga adalah perusahaan, apa kau tidak tahu itu?
Ji Hyun berkata, ia tahu. Tapi kak Min Ho jadi terkejut karena perubahan mendadak ini.

Ji Hyun pergi ke butik baju pengantin dan tiba2 seorang pria menunggunya dengan buket mawar pink. Ternyata itu Kang Min Ho.

Min Ho berkata, karena Ayah, aku tidak harus melamar dan menentukan tanggal pernikahan. Jadi aku merasa bersalah.
Ji Hyun : Melamar?
Lalu Min Ho berlutut dan mengulurkan mawar untuk melamar Ji Hyun. Ji Hyun menerima lamaran Min Ho dengan geli tapi bahagia.

Mereka pergi ke sebuah cafe, namanya HEAVEN. Sepertinya milik Han Kang/atau join dengan Min Ho, karena semua teman mereka ada di situ. Dan koki juga tahu persis kesukaan Ji Hyun (dari Han Kang, of course)
Mereka mengadakan makan malam untuk merayakan pernikahan mereka.

Ji Hyun sudah kelaparan dan mengeluh karena tidak ada makanan di meja. Min Ho memutar kepala Ji Hyun untuk menunjukkan seporsi pasta yang dibuat spesial untuknya. Ji Hyun tersenyum senang.

Han Kang mengingatkan koki tentang pasta kesukaan Ji Hyun. Sepertinya Ji Hyun suka pastanya banyak bawangnya. Cepat sajikan.

Ji Hyun makan pastanya dengan lahap. Min Ho memandanginya dengan tersenyum.

Park Seo Woo tanya, apa Min Ho tahu, saat ia menyelamatkan Ji Hyun dihari itu kalau ia akan menikah dengan gadis yang makan-nya banyak sekali?
Ji Hyun : Hari dimana aku hampir kena serangan jantung (cardioplegia = jantung hampir berhenti karena udara yang sangat dingin.)

Lalu flashback,
Ji Hyun dan In Jung pergi mendaki gunung berdua saja. Hari itu awalnya cerah, tapi saat mereka makan siang di gunung, tiba2 langit gelap dan turun hujan lebat.
Keduanya segera turun gunung, dan terpisah.

http://kadorama-recaps.blogspot.com/Ji Hyun tersesat sendirian. Ia menangis ketakutan dan kedinginan. Tiba-tiba Min Ho datang, ia menggendong Ji Hyun di punggungnya dan membawanya ke pos, Min Ho juga memanggilkan taksi dan ambulance untuk Ji Hyun.

Min Ho berkata kalau sebenarnya ia ingin pergi dengan Ji Hyun, tapi ia ada meeting besok.

Kembali ke masa kini, Ji Hyun berkata, bukankah itu seperti film? saat ia menggendongku turun, aku sempat berpikir, dia manusia atau hantu.

In Jung terlihat tidak tenang dan Ji Hyun tanya, jadi kau masih merasa bersalah, huh? Karena kau, aku hampir mati.
In Jung : Kau bukan orang yang akan mati dengan mudah seperti itu.

http://kadorama-recaps.blogspot.com/Ji Hyun merangkul lengan Min Ho, kalau bukan karena kak Min Ho, aku pasti sudah mati dan keduanya tersenyum. Rekan2 Ji Hyun terlihat kenyang dengan cerita tentang pertemua pertama mereka.

Apalagi Han Kang haha...(makan ati dia ..)

Malam itu, In Jung dan Seo Woo menginap di rumah Ji Hyun. Ji Hyun mencoba gaun pengantinnya sambil minum anggur. Hampir saja anggurnya tumpah ke gaun.
Ji Hyun menyarankan kedua temannya juga mengenakan baju pengamtin ini saat mereka menikah nanti.

In Jung melihat ke arah kamar yang ternyata dulu ia pakai. Ji Hyun akan mengubah kamar itu jadi ruang belajar setelah ia menikah nanti.

Lalu ada sms dari Min Ho, sudah waktunya tidur.
Seo Woo heran, bagaimana Min Ho bisa tahu kalau Ji Hyun belum tidur, seperti hantu saja.

Ji Hyun berkata tidak ada yang tidak diketahui Min Ho tentang dirinya. Ji Hyun membalas sms Min Ho.

Berbanding terbalik dengan kondisi ketiga gadis itu yang ada di tempat aman, hangat dan nyaman.
Yi Kyung harus mengepel lantai toko pukul 03.40 pagi. Tiba-tiba, dua orang perampok masuk dan mengancam Yi Kyung.

Mereka merusak CCTV dan ingin uang. Yi Kyung meraih cash register, tapi pria itu berkata kalau ia sudah tahu kalau uangnya tidak disitu. Ia ingin tas yang penuh uang.

Pria itu mengacungkan pisau ke pinggang Yi Kyung. Tapi Yi Kyung tidak terlihat takut sedikitpun, ia justru menolak menyerahkan uang.
Perampok yang lain mendatangi keduanya dan memukul Yi Kyung, sampai berdarah. Kau mau mati ya!
Yi Kyung dengan tenang : Ayo, tusuk aku.
Kemudian Polisi datang.

Di kantor polisi, Yi Kyung duduk di samping dua rampok itu.
Polisi itu tidak habis pikir, bagaimana Yi Kyung bisa menghadapi dua orang rampok tanpa takut, kenapa dia tidak memberikan saja uangnya saat pria itu mengeluarkan pisau.
Yi Kyung tetap diam saja. Polisi hanya menggelengkan kepala.

Yi Kyung jalan keluar dari kantor Polisi dengan wajah memar. Tanpa emosi sedikitpun.

Min Ho dan Han Kang sarapan bersama setelah kerja semalaman.
Min Ho memberikan beberapa instruksi pada Han kang tentang proyek dan Han Kang berkata jika Min Ho tidak bisa mempercayainya, kau seharusnya menyerahkan proyek pada orang lain.

Min Ho tanya kenapa Han kang tidak mulai membuka perusahaan-nya sendiri, dengan semua bakatmu ini?

Tapi Han Kang tidak ingin menjelaskan dan berkata, pendamping pria itu, apa aku harus melakukannya?

Min Ho berkata tidak perlu, ini karena Ji Hyun masih memegang tradisi, kau tahu.

Min Ho lalu tanya, bukankah tujuan Han Kang ke Korea untuk mencari seorang wanita, mengapa kau tidak dapat menemukannya? Kau perlu bantuanku?
Han Kang berkata Min Ho tidak perlu melakukannya.
Bisa dipastikan kalau sebenarnya wanita yang dicari Han Kang adalah Ji Hyun yeah, yeah..

Ji Hyun dan kedua temannya sampai di toko roti (ini Paris Baguette-nya Kim Tak Goo), ternyata Han Kang disitu juga. Han Kang menghindari Ji Hyun.

Ji Hyun melihatnya dan mengejarnya, kami ingin mendapat ucapan selamat dari teman terdekat kami di pesta pernikahan. Dan kau adalah adik paling istimewa dari kak Min Ho dan juga temanku.

Han Kang : Aku bukan temanmu.

Ji Hyun : kenapa kau bukan temanku? kita satu sekolah.
Han Kang : Kita hanya sekelas selama beberapa bulan, dan itu bukan teman tapi teman sekelas. Meskipun aku temanmu, aku tidak mau menjdi pendamping pria.
Ji Hyun : Kenapa kau tidak mau?

Han Kang berkata ia sudah bilang ke Min Ho kalau tidak mau dan Ji Hyun pergi saja.
Ji Hyun : Apa kau masih marah atas apa yang terjadi dulu? bagaimana seorang pria bisa menyimpan kekesalan begitu lama.
Sedangkan Ji Hyun sudah melupakan semuanya. Seharusnya aku yang marah.

Han Kang : Kau masih sama saja, ya, aku tidak mau melakukannya karena kau.
Ji Hyun : Apa kau kasar sepanjang hidupmu?

Han Kang : Benar. Setelah menikah, aku akan memperlakukanmu sebagai kakak ipar.
Ji Hyun memainkan jarinya lagi. Han Kang jalan pergi tapi menoleh lagi memandang punggung Ji Hyun.

Ji Hyun kembali ke teman2nya, mereka tahu, Han Kang tidak akan melakukannya kan?
Ji Hyun : Dia memang brengsek. Bagaimana ia bisa seperti itu padahal ia adalah teman.

In Jung dan Seo Woo tahu kalau Han Kang tidak menganggap Ji Hyun sebagai teman, apa kau tidak ingat kalian sangat kikuk selama beberapa bulan.

Ji Hyun berkata, kalau pernah jadi teman, dia adalah teman. Jika ia tidak menyukaiku, aku tetap menyukainya.

Seo Woo tidak mengerti, biasanya jika orang tidak menyukaiku, aku juga tidak menyukainya. Itulah manusia, kenapa kau tidak?
Ji Hyun berkata : Ya memang seperti itu.
Ji Hyun berkata kalian akan terlambat kerja dan aku sibuk hari ini, maka Ji Hyun mengambil tas isi roti dan berkata akan membayarnya nanti.

Ji Hyun menemui Min Ho, ia tanya apa tidak masalah kalau Han Kang tidak jadi pendamping prianya.

Min Ho menjelaskan kalau Han Kang tidak suka ada di tengah orang-orang, jadi apa menurutmu ia suka berdiri di depan banyak orang? Dia memang seperti itu selama di Amerika.

Ji Hyun susah percaya kalau Han kang sangat memikirkan apa yang dipikirkan orang lain. Min Ho berkata kalau Han Kang tidak memperlihatkannya tapi ia pernah terluka.

Min Ho bertemu Ayah Ji Hyun dan membicarakan bisnis, Ternyata In Jung bekerja sebagai sekretaris Ayah Ji Hyun.

Ji Hyun pergi ke butik dan memilih gaun untuk pendamping wanita, ini cantik untuk In Jung. Lalu Ji Hyun masuk ke mobilnya dan pergi.

Yi Kyung masih tetap muram. Ia memandang kalender, tgl 15 Maret 2006 dilingkari dengan tinta merah. Yi Kyung menarik laci dan mengeluarkan baju warna hitam.

Yi Kyung naik bis sambil memegang bunga mawar dan turun di pinggir jalan raya. Seorang pria mengikutinya.

Sang penjemput naik motornya dan berhenti di satu tempat, ia melewati Yi Kyung.
Penjemput melihat foto seorang pria dari ponselnya dan berkata masih 5 menit lagi, lalu ia menunggu.

Yi Kyung sampai di satu titik. Ia berlutut, lalu membayangkan beberapa tahun lalu,

ia juga duduk seperti itu dengan gambar kapur di depannya.

Seorang pria pernah kecelakaan dan mati di situ, sepertinya pria itu pacar Yi Kyung. Yi Kyung berdiri dan lari ke tengah jalan.

Yi Kyung ingin bunuh diri. Tiba-tiba seorang pria menyelamatkannya dan segera menariknya ke pinggir. Yi Kyung pingsan, mungkin karena syok.

Tapi Yi Kyung sama sekali tidak menyadari kalau apa yang ia lakukan membuat tabrakan beruntun.

Kejadian ini membuat terkejut Si Penjemput.

Awalnya Ji Hyun tidak terlibat dalam kecelakaan itu, tapi ketika sebuah motor oleng dan motornya jatuh. Ji Hyun tidak bisa menghindari tabrakan dan ia menabrak truk yang berhenti.
Tubuh Ji Hyun terlempar dari kaca depan dan jatuh ke aspal.

Seorang pria mengeluarkan kepala dari mobilnya dan pria ini yang sudah ditunggu Si penjemput. Dia melihat ke ponselnya dan terlihat kesal karena pria itu tidak mati tepat waktu, lalu pria itu kena serangan jantung.

Ji Hyun masih di aspal dan ia perlahan membuka matanya.

Ji Hyun berdiri dan memeriksa tubuhnya, aku tidak luka? Lalu ia melihat kerumunan orang di dekat mobilnya. Nona, nona..

Ji Hyun heran dan mendekat, ia syok. Itu dirinya ada dalam mobil dan terluka parah di bagian kepala.

Ji Hyun ingin lebih mendekat dan ia mendorong seseorang, tapi tangannya menembus orang itu, oh tidak..

Ji Hyun melihat Si Penjemput, yang sedang bicara di ponselnya. Pria itu melihat ke arah Ji Hyun.
Ji Hyun mencoba memanggilnya. Lalu tubuhnya dimasukkan ke ambulance. Ji Hyun melihat ke arah Penjemput tapi pria itu hilang.

Akhirnya Ji Hyun ikut naik ke dalam ambulance.

Di dalam ambulance, petugas berusaha menyadarkan Ji Hyun.
Ji Hyun melihat itu lalu ia menangis, Ayah bagaimana ini?

Pria yang menyelamatkan Yi Kyung adalah pelanggan di tokonya yang sering beli rokok.

Yi Kyung sadar, dan pria itu sudah pergi. Yi Kyung melihat Ji Hyun yang terbaring di seberangnya, Yi Kyung ingat kalau ia mencoba bunuh diri dan Yi Kyung terlihat semakin depresi.

http://kadorama-recaps.blogspot.com/Ayah Ji Hyun dan Min Ho bergegas datang dan mencari Ji Hyun. Putriku, namanya Shin Ji Hyun.

Ji Hyun melihat ayahnya, Ayah! Keduanya seperti melihat Ji Hyun tapi mereka lari menembus Ji Hyun.

http://kadorama-recaps.blogspot.com/Ji Hyun teriak dan jatuh ke lantai.

Ayahnya dan Min Ho tampak terpukul dan melihat ke arah tubuh Ji Hyun yang terbaring tidak sadar.

Tubuh Ji Hyun segera dilarikan ke ruang operasi. Ayah dan Min Ho menunggu dengan tegang.

Ji Hyun berusaha teriak agar mereka mendengar, tapi tetap saja keduanya tidak mendengar.

Ji Hyun mengangkat tangan dan berusaha memegang ayahnya, tapi ada pemisah antara dunianya dan dunia manusia.

Yi Kyung melihat mereka dan melepaskan infus, ia jalan pergi.

Ji Hyun sedih melihat Ayah, Ibu, dan Min Ho tampak terpukul. Lalu ia melihat Penjemput. Ji Hyun ingat kalau pria itu bisa melihatnya dan lari mengejarnya.
Yi Kyung jalan dan tidak sadar kalau sudah dilewati oleh Penjemput.

Ji Hyun ternyata tidak bisa menembus pintu, jadi ia menunggu sampai ada yang membuka pintu dan masuk ke dalam dimana Penjemput berada.

Penjemput berdiri di samping tempat tidur seorang pria yang kena serangan jantung. Ji Hyun mendekati Penjemput. Apa kau tahu aku? Apa kau melihat aku tadi?

Penjemput teriak : Ya, Shin Ji Hyun, kenapa kau tidak memperhatikan kalau menyetir!

Pria itu meninggal dunia, rohnya keluar dari tubuhnya dan Penjemput membungkuk memberi hormat, anda sudah melakukan yang baik selama ini. Ayo.
Pria : Kemana?
Penjemput : Ikut aku.

Lalu ia membuka lift ke alam baka dan pria itu jalan masuk. Penjemput lalu membungkuk sekali lagi.

Pria itu tampak tenang rohnya.

Ji Hyun kaget, kau siapa? Lalu Penjemput minta Ji Hyun mengikutinya. Ji Hyun menoleh sekali lagi dan Lift Alam Baka menghilang.
Ji Hyun lari mengikuti Penjemput. Ia dibawa di atap gedung.

Ji Hyun tanya, kau siapa? Malaikat Kematian?
Penjemput berkata kalau sebutan itu kuno, di jaman modern ini, bagaimana Ji Hyun bisa menggunakan sebutan itu, aku ini pengatur jadwal/Scheduler. Kita sebut Scheduler saja ya untuk seterusnya haha ...

Scheduler : Seorang manusia dilahirkan untuk sejumlah waktu tertentu, ada alasan untuk waktu itu tapi aku akan menjelaskannya nanti. Dan pekerjaanku sebagai pengatur jadwal adalah menjemput orang itu kalau waktunya habis.

Ji Hyun berkeras, itu yang dilakukan malaikat maut.
Scheduler jadi tersinggung dan berkata kalau ia adalah pengatur jadwal.

Ji Hyun teriak : Tidak peduli, artinya aku sudah mati!
Scheduler : Benar, kau sudah mati.

Ji hyun tanya apa dia datang untuk menjemputnya dan karena itu ia tahu nama Ji Hyun.

Scheduler berkata bukan itu, orang yang ia tunggu adalah pria tadi. Seharusnya ia mati karena serangan jantung saat menyetir, tapi karena kecelakaan ini, serangan jantungnya datang belakangan dan jadwalnya kacau.

Ji Hyun : Lalu kenapa aku seperti ini? mengapa tidak ada yang datang menjemputku?
Scheduler : Karena kau tidak dijadwalkan mati hari ini.

Ji Hyun kaget, aku tidak dijadwalkan mati hari ini?
Scheduler menjelaskan, kadang di kasus2 tertentu, ada yang membuat masalah, seperti hari ini. Ada yang mencoba bunuh diri, mengapa mereka tidak menunggu giliran mereka. Mereka akan mati kalau sudah waktunya.
Ji Hyun teriak, bagaimana sesuatu seperti itu bisa terjadi?

Scheduler kaget karena teriakan Ji Hyun. Scheduler berkata ya itu terjadi.

Ji Hyun jadi tenang dan berkata kalau Scheduler berbohong, Ji Hyun melihatnya dan berkata bagaimana ada malaikat kematian yang seperti kau?

Scheduler : Siapa bilang tidak ada Scheduler yang seperti aku? Apa kau pernah ketemu orang yang mati dan hidup kembali? meskipun kau ketemu mereka, mereka tidak akan bisa mengingat kami.

Ji Hyun yakin ia tidak mati, ia sedang dioperasi, aku lihat sendiri, apa mungkin orang mati akan dioperasi?

Ji Hyun dan Scheduler melihat tubuh Ji Hyun dari balik kaca. Semua keluarganya berkumpul dan teman2 Ji Hyun datang. Mereka syok dan menangis.

Lalu Han Kang juga datang, jelas ia terlihat terpukul. Kakinya reflek ingin mendekat ke arah Ji Hyun tapi ia menahan diri.

Dokter masuk. Ayah Ji Hyun langsung mendekat, Dokter berkata kalau Ji Hyun koma.
Ibu Ji Hyun pingsan dan Ji Hyun mencoba lari mendekat ke ibunya tapi Scheduler menahannya, kau tidak boleh ikut campur.

Ayah Ji Hyun : Dia sudah dioperasi, jadi kenapa?
Scheduler ke Ji Hyun, kau lihat, iya kan? Kalau operasi juga tidak membantu.
Ji Hyun menangis.

Ji Hyun mengikuti Scheduler di lorong, sekarang apa yang akan terjadi?
Scheduler minta Ji Hyun mengikutinya. Ji Hyun tidak mau, ia ingat dengan lift Alam Baka itu, Ji Hyun tidak mau, lalu lari ke arah berlawanan.

Dan bertemu Scheduler lagi di depannya.
Scheduler : Kenapa setiap orang selalu bereaksi sama, aku sudah bilang kau tidak akan naik lift, kenapa kau lari?

Ji Hyun : Kau pikir aku percaya kebohongan ini?
Scheduler : Bohong hanya dilakukan oleh manusia. Apa aku seperti manusia?

Ji Hyun membungkuk dan berkata, selamatkan aku.
Scheduler : Kau minta aku menyelamatkanmu? Kau tidak tahu siapa aku? Ayo kita pergi.
Ji Hyun : Aku tidak butuh kau, siapa yang diatasmu?
Scheduler : Apa?

Ji Hyun : Kau bilang kau hanya pengatur jadwal, jadi bagaimana aku bisa percaya kata-katamu. Pasti ada yang lebih tinggi posisinya daripada kau, Tuhan atau Buddha atau siapa.

Scheduler : Benar, aku hanya pesuruh rendahan yang melakukan apa yang Ia perintahkan. Tapi aku juga berkuasa disini, aku bertanggung jawab disini.

Ji Hyun : Aku akan menikah dalam seminggu. Ayah dan Ibuku hanya punya satu anak, aku. Tidak seharusnya mati dan membunuhku. Ini sangat tidak adil.

Scheduler : Ketidakadilan dapat terjadi dimanapun. Untuk orang sepertimu yang merasa ini tidak adil, aku tidak akan membuatmu masuk ke lift dengan paksaan.
Ji Hyun : Kau sungguh-sungguh?

Scheduler menjelaskan ia sudah jadi Pengatur jadwal selama 5 tahun dan situasi seperti Ji Hyun ini terjadi 2 kali, jadi Ji Hyun yang ketiga.
Ji Hyun : Dua kali?
Scheduler : Saat kau tidak seharusnya mati tapi karena orang lain melakukan kesalahan, maka kau kehilangan nyawamu. Di situasi seperti itu, ada 2 solusi, kau harus memutuskannya.

Ji Hyun : Apa pilihannya?
Scheduler : Satu, menerima dan pindah ke hidup sesudah kematian dan meninggalkan dunia ini.
Ji Hyun : Apa kau bercanda? itu artinya aku harus mati.

Scheduler : Satu orang memilih itu, jika tidak ada lagi harapan di hidupnya, mereka memilih untuk masuk ke lift dengan sukarela.
Ji Hyun tanya lalu yang lain? Scheduler berkata mereka mengambil pilihan kedua.

Ji Hyun : Apa pilihan keduanya?

Scheduler : Dalam 49 hari, temukan tiga orang yang mencintaimu dengan tulus, Lalu kau bisa kembali.

Ji Hyun merasa itu gampang, karena ia tidak diminta mencari 30 orang, hanya 3 orang saja. Siapa di dunia ini yang tidak bisa menemukan 3 orang yang mencintai mereka?

Scheduler berkata tidak akan mudah, karena orang2 itu harus menangis dan meneteskan air mata ketulusan.
Ji Hyun berkata, kau lihat tadi kan, orang tua dan temanku menangis, itu lebih dari tiga.

Scheduler : Orang tua dan saudara tidak dihitung.
Ji Hyun ingin tahu, bagaimana ia tahu kalau itu air mata ketulusan?
Scheduler menjelaskan dari warna air mata yang jatuh saat memikirkan Ji Hyun. Bukan sembarang menangis.

Scheduler membawa Ji Hyun ke upacara pemakaman. Banyak yang datang dan juga menangis. Ji Hyun heran mau apa kesini.

Scheduler minta Ji Hyun melihat baik2 warna air mata yang keluar, ada yang warnanya ungu, hijau dll. Ada yang menangis untuk menghibur dirinya karena ditinggal mati sahabatnya.

http://kadorama-recaps.blogspot.com/Ada yang memaksa air matanya keluar demi sopan santun. (Orang Korea masih menentukan tingkat kesedihan dengan air mata yang keluar.)

Lalu ada yang menangis dengan tulus karena mencintai orang yang meninggal itu, air matanya jatuh dan warnanya berkilauan seperti berlian.
Ji Hyun : Yah, dia adalah saudara perempuan almarhumah.

Scheduler menunjuk, pria yang menangis di samping altar adalah suami almarhumah tapi ia juga tidak menangis dengan tulus, pria itu sudah mendapat banyak uang asuransi kematian istrinya dan meskipun sedih, pria itu memikirkan jaminan-nya dan masa depannya sendiri.

Scheduler : Manusia benar-benar rumit.

Lalu Scheduler tanya, apa Ji Hyun akan mencari tiga tetes air mata itu.
Ji Hyun dengan yakin berkata tentu saja, kenapa tidak. Dia beda dari wanita yang sudah meninggal itu.

Scheduler tidak perlu penjelasan Ji Hyun, ayo, ikut aku.

Scheduler membawa Ji Hyun ke depan toko Yi Kyung. Ia mulai membaca identitas Yi Kyung.
Nama, Song Yi Kyung. Usia 28 tahun.
Yatim piatu. Lulusan Universitas, berhenti dari pekerjaan-nya di hotel setelah 2 tahun dan pengangguran selama setahun. Lalu ia mendapat kerja paruh waktu di toko ini.

Ji Hyun mencoba mengingat dan minta Scheduler menulisnya, tapi Scheduler cuek dan terus membaca. Kerja dari jam 2 dini hari sampai jam 9 pagi.

Ji Hyun tanya, apa dia harus meminjam tubuh wanita itu, ia tidak suka. Rambutnya aneh dan bajunya juga.
Scheduler berkata ada alasannya mengapa harus Yi Kyung. Ada hubungan antara mereka. Ji Hyun tidak tahu, apa itu?

Scheduler teriak lagi : Bagaimana kau bisa terlibat dalam kecelakaan ini coba?!
Ji Hyun tidak ingat. Scheduler hanya berkata, terus saja dengar, masih ada lagi.

Lalu Ji Hyun kembali ke RS, ia melihat ibunya diinfus karena pingsan. Ayahnya syok, Min Ho dll.
Ji Hyun : Tunggulah aku beberapa minggu lagi, kak Min Ho tunggulah aku. Karena aku akan kembali.

Yi Kyung pulang, ia jalan dan Ji Hyun sudah ada di dalam, duduk diam di sudut.

Yi Kyung merebahkan diri karena kecapaian. Suara Scheduler terdengar dan minta Ji Hyun menunggu sampai Yi Kyung tidur. Jangan takut.

Akhirnya Yi Kyung tertidur. Ji Hyun langsung mendekat dan memasuki tubuh Yi Kyung.

Perlahan, Yi Kyung (yang didalamnya Ji Hyun) membuka matanya. Samar2 ia melihat langit-langit kamar.

Ji Hyun-Kyung bangun dan merasakan tubuhnya, ia mulai menyesuaikan diri dengan tubuh barunya. JH-Kyung menggerakkan jarinya seperti kebiasaan Ji Hyun.

JH-Kyung melihat bayangan wajahnya di kaca, lalu mulai mencoba mengeluarkan suara : Aku Shin Ji Hyun...aku Shin Ji Hyun

http://kadorama-recaps.blogspot.com/JH-Kyung memeluk dirinya sendiri dan tersenyum dengan lebar.