Kamis, 02 Februari 2012

Drabble 1 : Tambah Lagi! Chapter 2, a harry potter fanfic - FanFiction.Net

Drabble 1 : Tambah Lagi! Chapter 2, a harry potter fanfic - FanFiction.Net

Harry Potter © J.K Rowling

Sakit,huh! © Gracia De Mouis Lucheta

Genre : Romance™/ Family

Rated : T

Pairing : Draco.M and Hermione.G[Hermione Jean Malfoy]

Warning : Misstypo, OOC, AU,

Enjoying for Reading and Review…

~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~0~

Drabble –The 2rd Episodes

Berulangkali perkamen-perkamen dengan topik sama harus di tulisnya, sikut-sikut di dahinya bermunculan. Rasanya dia ingin membanting perkamen itu sekarang juga, tapi tugasnya yang bekerja di kementerian sihir tak memberikan satu kali istirahat walau sehari. Bisakah sehari saja? Sungutnya.

Tapi akhir-akhir ini. Badannya tidak dapat mengikuti alur perintah otaknya, juga kepalanya pusing dan berat. Apa efek bekerja terlalu malam ataukah dia melupakan sarapan setiap pagi? Dia rasa bukan hal itu yang membuat badannya menjadi sakit.

Draco Malfoy kini terbaring di meja kerjanya, mengeluh lagi kemudian dia memijit kepalanya berulangkali agar rasa sakitnya mereda. Akan tetapi dia perlu obat untuk menyembuhkan penyakit yang sering terjadi padanya. Kali ini parah menurutnya.

Tepat jam 06.12 a.m menunjukkan ufuk matahari terbit arah timur telah menyinari Malfoy manor. Terlebih lagi seorang pewaris tunggal keluarga Malfoy tidak tidur semalaman juga ditambah rasa sakit menyerangnya.

Sang istri, Hermione Jean Malfoy menyadari ketidakberesan suaminya yang masih saja fokus pada pekerjaannya. Dia membuka pembicaraan untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Draco, are you okay?" Ucap Hermione menunjukkan rasa cemasnya, Draco langsung menegakkan kepalanya dan bertatapan mata milik istrinya. Hanya saja, seperti biasa Draco memberikan seringai yang berarti "I'm okay, Mione".

Tapi, Hermione tidak percaya bahkan dia ingin menyentuh dahi suaminya dan memeriksanya untuk memastikan rasa khawatir dalam dirinya sebagai istri untuk memperhatikan seorang suami. Sebelum mengenai dahi suaminya, tangannya sudah tertahan oleh tangan kekar milik Draco.

"Sudah kubilang aku baik-baik saja. Aku hanya perlu minum cokelat panas—bisakah kau membuatnya,Mione?" Suara lirih Draco membuat istri menghentikan rasa khawatirnya itu.

"Kau bisa menyuruh peri rumah untuk membuatnya,Draco." Ucap penolakan Hermione terkesan membuat Draco menahan pergerakan sang istri. Hey, Draco. Bukankah kau sedang sakit?.

"Aku hanya meminumnya, jika itu buatanmu. Mione. Kumohon sekali ini saja—aku tahu kau sedang mengandung dan perlu istirahat." Pandangan Draco menjadi melembut.

Hermione mengangguk kepalanya dan meminta Draco untuk melepas tangannya, "Kuharap ucapanmu itu tidak bohong kalau kau baik-baik saja. Karena aku istrimu,jadi jangan membohongiku walau dirimu hanya sakit." Diapun langsung menuju ke dapur meninggalkan Draco sendirian dikamar.

Tak berselang lama, Draco ambruk seketika. Dia mencoba bangkit dan mandi air hangat untuk merilekskan badannya yang mungkin saja penyakitnya bisa sembuh, dengan langkah gontai dengan memegang apapun untuk menopang badannya yang linglung. Dia harus bisa…dia harus mampu untuk bekerja hari ini agar keluarganya tidak cemas terutama istrinya hampir mencurigainya berbohong atas rasa sakitnya ini. "Maaf, aku tidak bisa mengatakannya."


*0*0*0*0

.

.

.

Rasa roti selai yang di kunyah terasa sangat pahit, sang lidah tidak merespon stimulus-stimulus yang diberikan dan hanya menyampaikan pesan dengan "rasa pahit", Draco langsung meneguk cokelat panas buatan istrinya dan bergegas bangkit dari tempat duduknya untuk bekerja di kementerian sihir. Ini membuat daddy, mommy, Scorpius –anaknya- juga istrinya menoleh heran akan tingkah Draco tak biasanya terjadi.

"Draco, tidak terlalu cepat berangkat sekarang? Duduklah dulu sebentar." Tanya Narcissa.

Dia hanya diam membelakangi keluarganya dengan menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sekarang dia memakai jaket agak tebal terbuat dari serat kain yang dapat menghangatkan tubuh juga syal warna hitam hijau yang dulunya menandakan Syltherin dan mengenggam tas yang berisi perkamen-perkamen kementerian sihir. Pekerjaan kali ini membuat dirinya lelah.

"Dad, menurutku—kau sakit ya?" Pertanyaan polos Scorpius membuat rasa kagetnya menjadikan aliran listrik, bagaimana anak ini bisa membaca pikirannya ataukah dari—

"Draco, tumben memakai jaket tebal itu? Tampaknya kau aneh hari ini…" Ucap Lucius sambil menelan roti selainya.

"Aku baik-baik saja—" Draco mendekati istrinya dan mengecup dahi Hermione kemudian menghampiri anaknya, "—Ayah sehat kok, Scor." Dan mengacak rambut anaknya lalu ber-apparte menuju ke kementerian sihir.

Hermione mendengus kesal juga khawatir menyelimuti pikirannya, "Aku harap kau tidak membohongiku,Draco."

.


.

Lagi..lagi dan lagi, rasa sakit ini menguasai dan memperlambat kerjanya. Draco memijit kembali kepalanya dan hampir saja dirinyajatuh dan membuat semua perkamen dan dokumen nyaris turun ke lantai. "Ck, sial…" rutuknya kembali mengambil pena yang terbuat dari bulu elang dan menggoreskan tintanya ke perkamen selanjutnya.

"Jangan memaksakan diri, Draco." Seseorang menghampirinya dengan kacamata bulat yang selalu bertengger di hidungnya, rambut hitam juga disebut pahlawan Hogwarts yang telah mengalahkan Voldemort –Pangeran Kegelapan- siapa lagi kalau bukan Harry James Potter, sahabat istrinya selain Ron Weasley –Rival terberat dalam merebut perhatian Hermione-.

Draco terkekeh pelan, "Aku masih bisa menyelesaikannya, tenang Harry…sekitar dua jam lagi kita memulai rapatnya."

"Aku rasa kau tidak enak badan—dan mungkinkah kau begadang lagi tadi malam?" Tanya Harry cukup membuat pemuda berambut pirang ini agak kaget karena sahabat istrinya tahu kalau dirinya tidak tidur semalaman gara-gara pekerjaannya tidak selesai.

"Yeah, aku begadang semalam. Tapi kau tidak usah khawatir—Sekarang lanjutkan pekerjaanmu saja. Harry" Ucap Draco agak terkesan pengusiran, Harry mengangguk dan melangkah pergi akan tetapi dia bergumam dalam hati "Kau sakit, Draco. Walau kau menyembunyikannya, tidak bisa membohongiku, teman." Kemudian dia berlalu menuju ruangannya.

.

.


.

Waktu sudah menunjukkan angka jam 4 sore, saatnya dirinya harus pulang dan menikmati rasa kantuk luar biasa juga sakitnya tidak mau berkompromi lagi dengannya. Kemudian dia mengambil tasnya akan tetapi dirinya sudah ambruk dan tak sadarkan diri.

Beruntungnya Harry yang cemas dengan keadaannya bergegas ke ruangan Draco dan mendapatkan Draco terbaring dilantai kemudian dia meminta salah satu teman seangkatan untuk membantu membopong Draco ke Malfoy Manor. "Sudah kuduga kau memaksakan diri, sifat egoismu itu membuat semuanya cemas. Dasar,Draco." Dia langsung ber-apparte dengan cepat karena kondisi Draco buruk.

.

.

.

.

.

Hermione menggigit jarinya dan mondar-mandir ke sana kemari membuat momnya khawatir akan menantu kesayangannya itu. Rasa lemas gara-gara kondisi kehamilan yang menginjak 3 bulan masih rawan dan harus istirahat total, tapi dia tidak mengindahkannya karena sekarang dia cemas dengan keadaan suaminya.

Tak berlangsung lama, kecemasan Hermione bertambah mendapatkan suaminya dibopong sahabatnya Harry. Dia menyentuh kening Draco, alangkah terkejutnya dan menyuruh Harry membawanya ke kamar mereka. Setelah membiarkan sebentar Draco berbaring di tempat tidur, Hermione meminta maaf kepada Harry atas kerepotan membawa suaminya ke rumah, sahabatnya itu hanya mengulum senyum pertanda "Tidak apa-apa, ini gunanya teman." Kemudian Harry langsung pulang dengan ber-apparte dengan cepat.

Hermione langsung menfokuskan pandangannya ke suaminya yang kini terbaring sakit, berpeluh keringat mengucur di seluruh tubuh Draco, dia rasa sekarang suhunya mulai menurun dari suhu 40 derajat menjadi 38 derajat.

Dia menempatkan kain hangat di dahi Draco kemudian menyuruh peri rumahnya membuatkan sari lemon hangat dengan cokelat mocca panas. Tak lama, kelopak mata Draco terbuka dan mencoba menguasai pandangannya ke sana kemari dan mendapatkan istrinya tengah duduk di samping tempat tidur mereka.

"Kau sudah bangun, Draco." Dengus Hermione yang masih kesal karena suaminya tidak memberitahukan kalau dirinya sakit.

"Mione, kau marah eh?" Tanya Draco, Hermione masih menatap ekor mata Draco tampak raut kekesalan bercampur kekhawatiran dalam dirinya.

Draco menghela napas panjang dan mendudukan tubuhnya dan merebahkan ke pinggir tempat tidurnya dengan kain masih di dahinya. "Maaf tidak memberitahumu, aku hanya—"

"Aku mengkhawatirkanmu, bodoh! Jangan berpikir kalau aku tidak cemas, aku ini istrimu." Ucapan Draco terpotong karena suara istrinya mendominasi juga menekankan kalimat "istrinya" membuat Draco meneguk ludahnya.

"Aku hanya tidak ingin membuatmu cemas…aku harus menjadi kepala keluarga yang sempurna, aku tidak ingin menjadi benalu karena langsung mendapat pekerjaan di kementerian sihir, aku harus sempurna, Mione." Perkataan terkesan sendu keluar dari mulut Draco.

"Aku tidak menuntut kesempurnaan itu, Draco. Manusia tidak ada yang sempurna, hanya ada saling melengkapi satu sama lain. Contohnya kau…kau harusnya memperhatikan kondisi fisikmu, jangan di forsir bahkan sampai tidak tidur semalaman. Kau berpikir aku tidak tahu gelagat anehmu menyembunyikan rasa sakitmu itu!" Ucap Hermione menceramahi suaminya untuk tidak memaksakan diri.

"Tapi aku harus menyelesaikan secepatnya, aku mau dipandang sebagai keturunan Malfoy yang mandiri, tidak berpangku tangan dengan daddy. Tidak mau dicap sebagai anak manja lagi." Lirih Draco.

Hermione hanya tersenyum sebentar dan memulai pembicaraan kembali, "Kau sudah mandiri, Draco. Dirimu sudah menjadi suami sekaligus ayah dari Scorpius juga—" menunjukkan perutnya "—yang masih di dalam sini. Aku mohon jangan terulang lagi."

Draco kaget akan ucapan istrinya dan mendekatkan wajahnya kea rah wajah Hermione, sang istri yang menyadari itu memaling mukanya. Tetapi tangan Draco menahan pergerakan wajah istrinya dan menahannya sebentar, "Kurasa aku akan sembuh dengan—"

CUP

Sukses bibir Draco mendarat di bibir istrinya, hanya ciuman singkat tapi membuat Hermione dengan wajah memerah langsung memukul pelan bahu Draco.

"Demi Merlin, apakah kau mau menyalurkan rasa sakitmu kepada anakmu,hah?" Sungut Hermione menatap tajam Draco.

Draco bingung kemudian sejenak dia berpikir dan menunjukkan seringai lebarnya, "Oh, jadi dengan sebuah ciuman bisa menyalurkan sakit ya?", sang istri masih dengan posisinya semula, "Jadi, mungkin aku bisa sembuh dengan ciuman tentunya."

Urat-urat dahi Hermione mengkerut merespon apa yang di katakan suaminya, "Jelas-jelas itu membuatku sakit dan anakmu pula, Draco."

"Biar, nanti kita saling bergantian saja." Seringainya.

"Tidak, kau harus sembuh sekarang juga karena besok kau harus menemani Daddy ke Paris. Dan jangan merengek kalau kau masih sakit."

"A..aku tidak mau, aku ingin bersamamu saja~"

"Tidak, ini sudah keputusan daddy atau air panas ini menyeka mukamu itu." Hermione menyeret mangkuk berisi air panas tepat di hadapan Draco

Lagi, Draco meneguk ludahnya dan menuruti apapun permintaan istrinya kalau dia ingin sembuh asalkan dia bersamanya, sudah menjadikan obat penenang baginya. Well, Draco. Kau mendapat istri yang begitu perhatian denganmu.

OWARI


Gracia minta maaf jikalau drabble kedua ini kurang mengesankan. Atau masih misstyponya masih bertebaran.

Saya masih belajar dan perlu review dari kalian semua.

Terimakasih buat :: missyrully , Kazuma B'tomat,atacchan,chiikuu ,Zhavier Malfoy ,teuk,Rey619 ,aniranzracz.

Arigatou buat review kalian sungguh membangun diriku melanjutkan fic ini.

Jadi bersediakah anda mereview fic saya.

Signed

Gracia De Mouis Lucheta

01 February 2012, at 00.39 a.m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar